Minggu, 30 September 2012

Prinsip-prinsip ekonomi usaha tani


PRINSIP-PRINSIP EKONOMI USAHATANI

Pekerjaan bercocok tanam atau memelihara ternak adalah masalah fisik, masalah penerapan dari ilmu-ilmu biologi, fisika, kimia, agronomi, dan sebagainya ke dalam usaha memproduksi berbagai jenis hasil dari usahatani. Akan tetapi, masalah bagaimana petani dalam melaksanakan tujuannya agar dapat selalu memperoleh kemampuan untuk menyelenggarakan hidupnya secara baik merupakan masalah ekonomi. Pada kenyataannya, saat ini usahatani yang ada di Indonesia adalah bentuk usahatani peralihan dari usahatani subsisten ke usahatani yang komersial. Makin komersial usahatani, maka perlu untuk memperhatikan berapa prinsip atau hukum yang penting.
Prinsip-prinsip ekonomi dalam usahatani, meliputi :
1. Prinsip Perbandingan Keuntungan Terbesar (The Principle of Comparative Advantage)
Adanya perbedaan fisik terutama kesuburan tanah dan iklim menyebabkan jenis tanaman yang cocok diusahakan di suatu daerah tidak sama. Dengan demikian, suatu jenis tanaman yang sesuai untuk diusahakan di suatu daerah belum tentu cocok untuk diusahakan di daerah lain. Akan tetapi, terdapat pula kemungkinan bahwa berbagai macam tanaman dapat tumbuh baik di suatu daerah. Oleh karena itu, petani dapat memilih jenis tanaman apa yang diusahakan yang dianggap akan dapat memberikan keuntungan.
The Principle of Comparative Advantage mengemukakan bahwa orang akan mengusahakan jenis tanaman tertentu, dari tanaman mana modal dan tenaga kerja yang dimasukkannya akan memperoleh keuntungan komparatif terbesar (keuntungan yang di dalam perbandingannya merupakan keuntungan terbesar)

Tabel perhitungan pendapatan petani dari tanaman :
No
Macam
Hasil Fisik
Pendapatan
Biaya yang
Pendapatan

Tanaman
(kw/Ha)
(Rp/Ha )
dikeluarkan
petani




(Rp)
(Rp/Ha)
1
Padi
40
200.000
50.000
150.000
2
Tebu
54
855.000
555.000
300.000
3
Tembakau
50
750.000
450.000
300.000


(daun basah)



Keterangan : angka-angka hipotesis
Dalam waktu yang sama tanaman tembakau paling menguntungkan.
2. Prinsip Biaya Oportunitas atau berimbang (The Principle of Opportunity Cost)
Prinsip ini mengatakan bahwa orang harus dapat memilih dari jenis komoditi mana dapat diperoleh pendapatan tertinggi dengan penggunaan sumber produksi sebaik-baiknya. Opportunity Cost adalah pendapatan potensial yang hilang yang dapat diperoleh dari penggunaan sumber, karena sumber tersebut digunakan untuk usaha produksi yang lain. Misalnya apabila tanah dan modal terbatas, maka sebaiknya dipergunakan untuk memelihara ternak (babi, ayam, atau sapi perah) yang dapat memberikan pendapatan bersih terbesar. Dengan menghitung pendapatan bersih dengan modal sama untuk berbagai cabang usahatani, dapat diperoleh fakta :
No.
Modal
Cabang Usahatani
Cabang Usahatani
Cabang Usahatani

(Rp)
Babi
Ayam
Sapi Perah


(Rp)
(Rp)
(Rp)
1
100.000
130.000
150.000
140.000
2
200.000
260.000
275.000
250.000
3
300.000
380.000
384.000
355.000
4
500.000
493.000
500.000
465.000
Keterangan : angka-angka hipotesis
Apabila petani mempunyai modal Rp 100.000,00 maka lebih menguntungkan mengusahakan ayam, tetapi apabila petani mempunyai modal Rp 200.000,00 maka lebih menguntungkan mengusahakan Rp 100.000,00 untuk usaha ayam dan Rp 100.000,00 lagi untuk mengusahakan sapi perah.
3. Prinsip Substitusi (Principle of Substitution)
Prinsip ini mengatakan bahwa batas dimana substitusi dihentikan terletak pada suatu titik dimana kerugisn teknik yang ditimbulkan oleh pemakaian benda substitusi menghilangkan keuntungan yang diperoleh karena nilainya rendah.
Penggantian faktor satu dengan yang lain selalu menimbulkan keuntungan teknik maka harga akan lebih tinggi atau kerugian teknik karena harganya rendah dan keuntungan ekonomik. Misalnya pada makanan ternak susunan makanan tidak dapat berubah-ubah karena akan mempengaruhi pertumbuhan lebih baik dan telur yang dihasilkan akan lebih banyak.
Makanan ternak ayam jenis A, biaya makanan tiap bulan Rp 300, rata-rata menghasilkan 25 telur. Pada suatu saat harga makanan naik dari 300 menjadi 400. Makanan ayam jenis B lebih murah yaitu Rp 200
Makanan
Biaya (Rp)
Telur (Butir)
Pendapatan (Rp)
Keuntungan (Rp)
A
3/4A+1/4B
1/2A+1/2B
1/4A+3/4B
B
400
300+50
200+100
100+150
200
25
23
21
17
12
500
460
420
340
240
100
110
120
90
40
Keterangan : Angka-angka Hipotesis
Kombinasi yang memberikan keuntungan paling besar adalah 1/2A+1/2B memberikan keuntungan ekonomik terbesar.
4. Hukum kenaikan hasil yang makin berkurang (Law of Deminishing Return)
Penambahan suatu input tertentu akan menambah hasil, misalnya penambahan pupuk untuk meningkatkan hasil padi. Penambahan pupuk selanjutnya akan menaikkan hasil lebih lanjut, akan tetapi penambahan hasil pada penambahan pupuk yang kedua tidak sebesar penambahan hasil pada pemupukan yang pertama. Demikian apabila penambahan pupuk dilakukan terus menerus, maka penambahan hasilnya akan semakin berkurang dan pada sampai suatu titik tertentu hasilnya tidak naik lagi melainkan menurun. Gejala ini dinyatakan dalam “low of diminishing return” atau hukum kenaikan atau pertambahan hasil yang semakin berkurang.










Contoh : penggunaan pupuk untuk menghasilkan padi
Pupuk (satuan)
Hasil padi (satuan)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
15
30
39
45
49
51
53
52,5
52



2 komentar:

  1. hayy wiwin pinter jga u buat tulisan mnta teknikxa dong !!!!!!

    BalasHapus
  2. Trims ^_^. tekniknya tdk ada kok, cuma nulis biasa aja...

    BalasHapus