PRINSIP-PRINSIP EKONOMI
USAHATANI
Pekerjaan bercocok tanam atau memelihara ternak
adalah masalah fisik, masalah penerapan dari ilmu-ilmu biologi, fisika, kimia,
agronomi, dan sebagainya ke dalam usaha memproduksi berbagai jenis hasil dari
usahatani. Akan tetapi, masalah bagaimana petani dalam melaksanakan tujuannya
agar dapat selalu memperoleh kemampuan untuk menyelenggarakan hidupnya secara
baik merupakan masalah ekonomi. Pada kenyataannya, saat ini usahatani yang ada
di Indonesia
adalah bentuk usahatani peralihan dari usahatani subsisten ke usahatani yang
komersial. Makin komersial usahatani, maka perlu untuk memperhatikan berapa
prinsip atau hukum yang penting.
Prinsip-prinsip ekonomi dalam usahatani,
meliputi :
1. Prinsip
Perbandingan Keuntungan Terbesar (The Principle of Comparative Advantage)
Adanya
perbedaan fisik terutama kesuburan tanah dan iklim menyebabkan jenis tanaman
yang cocok diusahakan di suatu daerah tidak sama. Dengan demikian, suatu jenis
tanaman yang sesuai untuk diusahakan di suatu daerah belum tentu cocok untuk
diusahakan di daerah lain. Akan tetapi, terdapat pula kemungkinan bahwa
berbagai macam tanaman dapat tumbuh baik di suatu daerah. Oleh karena itu,
petani dapat memilih jenis tanaman apa yang diusahakan yang dianggap akan dapat
memberikan keuntungan.
The
Principle of Comparative Advantage mengemukakan bahwa
orang akan mengusahakan jenis tanaman tertentu, dari tanaman mana modal dan
tenaga kerja yang dimasukkannya akan memperoleh keuntungan komparatif terbesar
(keuntungan yang di dalam perbandingannya merupakan keuntungan terbesar)
Tabel perhitungan pendapatan petani dari tanaman :
No
|
Macam
|
Hasil Fisik
|
Pendapatan
|
Biaya yang
|
Pendapatan
|
|
Tanaman
|
(kw/Ha)
|
(Rp/Ha )
|
dikeluarkan
|
petani
|
|
|
|
|
(Rp)
|
(Rp/Ha)
|
1
|
Padi
|
40
|
200.000
|
50.000
|
150.000
|
2
|
Tebu
|
54
|
855.000
|
555.000
|
300.000
|
3
|
Tembakau
|
50
|
750.000
|
450.000
|
300.000
|
|
|
(daun basah)
|
|
|
|
Keterangan : angka-angka hipotesis
Dalam waktu yang sama tanaman
tembakau paling menguntungkan.
2. Prinsip
Biaya Oportunitas atau berimbang (The Principle of Opportunity Cost)
Prinsip ini mengatakan bahwa
orang harus dapat memilih dari jenis komoditi mana dapat diperoleh pendapatan
tertinggi dengan penggunaan sumber produksi sebaik-baiknya. Opportunity
Cost adalah pendapatan potensial yang hilang yang dapat diperoleh dari
penggunaan sumber, karena sumber tersebut digunakan untuk usaha produksi yang
lain. Misalnya apabila tanah dan modal terbatas, maka sebaiknya dipergunakan
untuk memelihara ternak (babi, ayam, atau sapi perah) yang dapat memberikan
pendapatan bersih terbesar. Dengan menghitung pendapatan bersih dengan modal
sama untuk berbagai cabang usahatani, dapat diperoleh fakta :
No.
|
Modal
|
Cabang Usahatani
|
Cabang Usahatani
|
Cabang Usahatani
|
|
(Rp)
|
Babi
|
Ayam
|
Sapi Perah
|
|
|
(Rp)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
1
|
100.000
|
130.000
|
150.000
|
140.000
|
2
|
200.000
|
260.000
|
275.000
|
250.000
|
3
|
300.000
|
380.000
|
384.000
|
355.000
|
4
|
500.000
|
493.000
|
500.000
|
465.000
|
Keterangan : angka-angka hipotesis
Apabila petani mempunyai
modal Rp 100.000,00 maka lebih menguntungkan mengusahakan ayam, tetapi apabila
petani mempunyai modal Rp 200.000,00 maka lebih menguntungkan mengusahakan Rp
100.000,00 untuk usaha ayam dan Rp 100.000,00 lagi untuk mengusahakan sapi
perah.
3. Prinsip
Substitusi (Principle of Substitution)
Prinsip ini mengatakan bahwa
batas dimana substitusi dihentikan terletak pada suatu titik dimana kerugisn
teknik yang ditimbulkan oleh pemakaian benda substitusi menghilangkan
keuntungan yang diperoleh karena nilainya rendah.
Penggantian faktor satu
dengan yang lain selalu menimbulkan keuntungan teknik maka harga akan lebih
tinggi atau kerugian teknik karena harganya rendah dan keuntungan ekonomik.
Misalnya pada makanan ternak susunan makanan tidak dapat berubah-ubah karena
akan mempengaruhi pertumbuhan lebih baik dan telur yang dihasilkan akan lebih
banyak.
Makanan ternak ayam jenis A, biaya makanan tiap bulan Rp 300, rata-rata
menghasilkan 25 telur. Pada suatu saat harga makanan naik dari 300 menjadi 400.
Makanan ayam jenis B lebih murah yaitu Rp 200
Makanan
|
Biaya (Rp)
|
Telur (Butir)
|
Pendapatan (Rp)
|
Keuntungan (Rp)
|
A
3/4A+1/4B
1/2A+1/2B
1/4A+3/4B
B
|
400
300+50
200+100
100+150
200
|
25
23
21
17
12
|
500
460
420
340
240
|
100
110
120
90
40
|
Keterangan : Angka-angka
Hipotesis
Kombinasi yang memberikan
keuntungan paling besar adalah 1/2A+1/2B memberikan keuntungan ekonomik
terbesar.
4. Hukum kenaikan hasil yang makin
berkurang (Law of Deminishing Return)
Penambahan suatu input
tertentu akan menambah hasil, misalnya penambahan pupuk untuk meningkatkan
hasil padi. Penambahan pupuk selanjutnya akan menaikkan hasil lebih lanjut,
akan tetapi penambahan hasil pada penambahan pupuk yang kedua tidak sebesar
penambahan hasil pada pemupukan yang pertama. Demikian apabila penambahan pupuk
dilakukan terus menerus, maka penambahan hasilnya akan semakin berkurang dan
pada sampai suatu titik tertentu hasilnya tidak naik lagi melainkan menurun.
Gejala ini dinyatakan dalam “low of diminishing return” atau hukum kenaikan
atau pertambahan hasil yang semakin berkurang.
Contoh : penggunaan pupuk
untuk menghasilkan padi
Pupuk (satuan)
|
Hasil padi (satuan)
|
0
1
2
3
4
5
6
7
8
|
15
30
39
45
49
51
53
52,5
52
|
hayy wiwin pinter jga u buat tulisan mnta teknikxa dong !!!!!!
BalasHapusTrims ^_^. tekniknya tdk ada kok, cuma nulis biasa aja...
BalasHapus