Jumat, 14 September 2012

Pengenalan Bahan Pakan secara Mikroskopis


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suplai ransum untuk ayam hendaknya memperhatikan kualitas (mutu) maupun kuantitas (jumlah). Ransum dengan kandungan nutrisi yang lengkap namun tanpa diimbangi dengan teknik pemberian ransum yang baik tidak akan mampu mengoptimalkan produktivitas ayam. Begitu pula sebaliknya, sebaik apapun teknik pemberiannya namun ransumnya kurang berkualitas tentu saja produktivitas ayam menjadi kurang optimal.
Dalam pengujian kualitas pakan unggas sebagai bahan penyusun ransum memerlukan beberapa pengujian agar menghasikan performan produksi yang optimal sesuai dengan kebutuhan masing-masing unggas. Evaluasi dapat dilakukan secara fisik, mikroskopis, kimia dan biologis.
Evaluasi bahan secara fisik dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan panca indra kita misal dari bau, rasa, warna, dan perabaan. Evaluasi bahan secara mikroskopis dengan cara mengamati dibawah mikroskop mengenai struktur jaringan tanaman maupun jaringan hewan. Evaluasi bahan secara kimiawi dilakukan dilaboraturium biasanya dengan analisis proksimat seperti kandungan air, protein, energi, lemak, serat kasar dan abu. Evaluasi bahan secara biologis bahan pakan untuk ayam biasanya dilakukan secara langsung pada ayam. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum mengenai Pengenalan Bahan Pakan Secara Mikroskopis.


Tujuan Praktikum
Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum mengenai Pengenalan Bahan Pakan Secara Mikroskopis bertujuan untuk melihat beberapa jenis bahan pakan di bawah mikroskop kemudian membandingkan perbedaan dari bahan pakan yang satu dengan bahan pakan yang lainnya berdasarkan warna dan ukuran partikel bahan pakan.
Kegunaan Praktikum
            Kegunaan dari Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum mengenai Pengenalan Bahan Pakan Secara Mikroskopis adalah agar peserta praktikum dapat mengetahui perbedaan bahan pakan setelah dilihat menggunakan mikroskop berdasarkan warna dan ukuran partikel dari pakan.

TINJAUAN PUSTAKA
A.    Bahan Pakan Secara Mikroskopis
            Dilakukan dengan menggunakan mikroskop, bahan yang diuji digiling halus dengan ukuran (mesh) tertentu, diamati strukturnya dibawah struktur dibawah mikroskop. Setiap bahan punya ciri-ciri struktur masing-masing (Anonim, 2009).
Mikroskopis bertujuan untuk memeriksa ada tidaknya pemalsuan dalam bahan pakan komersial. Misalnya : dedak sering dipalsukan dengan sekam (Anonim, 2009).
Menurut Anonim (2009), cara pengujian pemalsuan :
- berdasarkan besar kecilnya ukuran partikel
- berdasarkan berat ringannya partikel
Uji kualitas ini merupakan tidak lanjut dari uji organoleptik. Sesuai dengan namanya diperlukan mikroskop dengan pembesaran 90 - 500 x sebagai alat bantunya. Inti dari uji ini ialah melihat tekstur bahan baku dan bahan kontaminan (Anonim, 2010).
Dalam uji mikroskopis metode TCE (Tetrachorethilene), mikroskop yang digunakan adalah mikroskop sterio dengan kemampuan perbesaran 8-50 kali dan mikroskop compound dengan perbesaran 4-400 kali. Dengan menggunakan alat tersebut ciri-ciri fisik bahan baku bisa diketahui lebih detail, sehingga jika ada kontaminasi bisa terdeteksi (Anonim, 2011a).
.

http://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/tatalaksana/2010/Juni/molekul%20pakan.jpg

Gambar 1. Hasil pemeriksaan mikroskopik pada jagung (1), bekatul (2), tepung daging & tulang (MBM) (3),dedak (4), tepung ikan (5) dan tepung tulang (6)

http://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/tatalaksana/2011/Nov2011/suplemen_odt_632c7e35.gif
Gambar 2. Adanya kontaminasi tepung bulu pada tepung ikan ditandai dengan adanya serabut tipis

B.    Bahan Pakan Lokal
a.    Jagung (Zea mays L.)
Merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya) (Anonim, 2011b).
b.   Tepung rese
Didapatkan dari kulit dan kepala udang yang digiling. Pada proses pembuatannya sebaiknya dipisahkan antara kulit dan kepala udang yang masih basah dengan yang kering setelah sebelumnya dibersihakan dari kotoran. Kulit dan kepala udang kering dapat langsung digiling dan diayak untuk mendapatkan tepung yang halus. Sementara kulit dan kepala udang basah dapat digiling setelah kering ataupun saat masih basah (Rasyaf, 1992).
c.       Konsentrat
Konsentrat adalah pakan ternak yang mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Kalau dibandingkan dengan pakan serat, pakan penguat diperlukan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan pakan serat untuk mendapatkan sejumlah zat gizi yang sama. Biasanya pakan penguat atau konsentrat mempunyai nilai yang lebih mahal per satuan berat dibandingkan dengan pakan serat. Namun demikian, hal ini tidak selalu karena ada beberapa limbah pengolahan produk pertanian yang mungkin nilainya tidak mahal atau tersedia melimpah (untuk tempat-tempat tertentu), misalnya ampas tahu (Anonim, 2011b).

d.      Tepung Tulang
Peran tepung tulang sebagai campuran pakan unggas adalah sebagai sumber kalsium dan fosfor. Tidak semua jenis tulang dapat digunakan sebagai bahan baku tepung tulang, tetapi hanya tulang ternak dewasa saja yang dapat digunakan, seperti tulang sapi, kerbau, babi, dan kuda.Tepung tulang yang baik biasanya memenuhi beberapa syarat, diantaranya berwarna keputih-putihan, tidak berbau, tidak mengandung bibit penyakit, kadar air paling tinggi 5% (Rasyaf, 1992).
e.       Bungkil Kedelei
Bungkil Kedelei merupakan bahan pakan yang paling baik untuk ternak, mudah dicerna kadar proteinnya tinggi dan kaya akan asam amino essensial dan bila dikombinasikan dengan jagung akan menghasilkan pakan yang baik untuk ternak. Karena kadar lemaknya sangat tinggi sebaiknya pemberian tidak lebih dari 25% dari jumlah pakan konsentrat (Anonim, 2012).   
f.       Tepung Ikan         
Tepung ikan adalah sumber protein yang sangat baik untuk unggas, karena mengandung asam-asam amino essensial yang cukup untuk kebutuhan ayam dan sumber dari lisin dan metionin, tepung ikan yang tidak rusak karena pengolahan mengandung energi metabolis yang cukup tinggi dibanding dengan bahan-bahan makanan lainnya yang digunakan  dalam ransum unggas (Anggorodi, 1994).
g.      Urea
Urea merupakan sumber Non Protein Nitrogen (NPN) karena urea mengandung nitrogen sebesar 45%, yang sama dengan protein kasar sebesar 281%. Di dalam rumen NPNmerupakan salah satu bahan pembentuk asam amino, kemudian dengan bantuan mikrobarumen beberapa asam amino bergabung untuk membentu protein. Dengan demikian dapatdikatakan bahwa pembentukan protein dapat berasal dari NPN dengan bantuan kerja mikrobarumen. Jumlah urea yang diberikan pada sapi tidak boleh berlebihan. Takaran pemberian 100mg/Kg Berat Badan sapi atau 10 gram/100 Kg Berat Badan sapi atau maksimal 115 gram/ekor sapi. Apabila diberikan lebih dari takaran akan mengakibatkan keracunan.Gejala-gejala yang terlihat apabila terjadi keracunan urea :1. Sapi tampak gelisah 2. Meneteskan air liur (ngiler) 3. Perut gembung 4. Menyepak-nyepakan kakinya ke perut 5. Jalan sempoyongan 6. Sesak nafas 7. Mati apabila tidak cepat tertolong (Anonim, 2011b).
h.      Dedak
Dedak merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung “bagian luar” beras yang tidak terbawa, tetapi bercampur pula dengan bagian penutup beras itu (Anggorodi, 1994).
Kandungan nutrisi dedak adalah PK 12%, lemak 13%, serat kasar 12%, abu 10,1%, 41,9% BETN. Dedak kasar ini sebenarnya terdiri atas pecahan-pecahan kulit gabah yang masih tercampur dengan sedikit bahan yang berasal dari berasnya sendiridan berwarna kuning cerah.  Dedak kasar yang sungguh-sungguh kering mengandung rata-rata 10,6% air; 4,1% protein; 32,4% BETN; 35,3% serat kasar; 1,6% lemak; 16% abu, kadar protein dapat dicerna 2,8% dan martabat patinya 19% (Santoso, 1987).

i.        Sulfur
Mineral sulfur merupakan komponen struktur protein kolagen. Beberapa komponen penting lain yang mengandung sulfur antara lain adalah hemoglobin, asam lipoat, glutathion, sitokhrom, heparin, estrogen, ko-enzim A, fibrinogen dan sul-folipid (Anggorodi, 1994).
j. Tepung bulu
Tepung bulu mempunyai kandungan protein kasar, cukup tinggi, teranalisis antara 82% hingga 91%, kadar protein yang jauh lebih tinggi daripada tepung ikan. Tetapi sayang, dari protein sejumlah itu hanya sedikit yang dapat dimanfaatkan oleh unggas, justru akan mengurangi prestasi unggas, produksi telur berkurang dan pertambahan berat badan juga merosot (Rasyaf, 1992).
k. Tepung Tapioka
            Berdasarkan teksturnya, tepung tapioka tergolong sebagai pakan halus. Pakan halus umumnya berbentuk mesh (berbentuk tepung).Bentuk ini merupakan bentuk ransumyang umum terlihat. Bahan yang dipilih menjadi ransum digiling halus kemudian dicampur menjadi satu. Ransum bentuk ini menyebabkan ternak tidak bisa memilih bahan pakan yang disenangi. Bentuk ransum yang halus ini memiliki keuntungan lain, yaitu mudah diserap usus (khususnya ayam) sehingga efisiensinya lebih baik. Ransum bentuk ini dapat digunakan untuk semua umur dan harganya lebih murah (Sunarso dan Christiyanto, 2012).



METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum mengenai Pengenalan Bahan Pakan Secara Mikroskopis dilaksanakan pada hari Kamis, 5 April 2012 Pukul 15.00 Wita sampai selesai di Laboratorium Anggrostologi, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
            Alat-alat yang digunakan pada praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum mengenai Pengenalan Bahan Pakan Secara Mikroskopis adalah mikroskop dan cawan petri.
            Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum mengenai Pengenalan Bahan Pakan Secara Mikroskopis adalah konsentrat, dedak, sulfur, tepung rese, tepung tulang, tepung tapioka, tepung ikan, bungkil kedelei, tepung bulu, urea dan jagung (Zea mays L.)
Metodologi Praktikum
            Menyiapkan sampel bahan pakan dan mikroskop, kemudian meletakkan pakan pada cawan petri lalu mengamati di bawah mikroskop. Setelah itu, mencatat dan menggambar hasil yang diperoleh.




HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan mengenai bahan pakan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Pengamatan Bungkil Kedelei Secara Mikroskopis
 

























Sumber : Data Hasil Pengamatan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012.

B. Pembahasan
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa bahan pakan bungkil kedelei tanpa mikroskop bentuknya butiran dan warna coklat sedangkan dengan mikroskop dapat dilihat bentuk butirannya begitu jelas dan seperti kacang serta warna coklat. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2012) yang menyatakan bahwa bungkil kedelei merupakan bahan pakan yang paling baik untuk ternak, mudah dicerna kadar proteinnya tinggi dan kaya akan asam amino essensial dan bila dikombinasikan dengan jagung akan menghasilkan pakan yang baik untuk ternak.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Tepung Bulu Secara Mikroskopis
 

























Sumber : Data Hasil Pengamatan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa bahan pakan tepung bulu tanpa mikroskop bentuk tepung dan warna coklat kekuningan sedangkan dengan mikroskop dapat dilihat bentuk tepung dan terlihat ada serbuk-serbuk putih dan gumpalan seperti kapas serta warna coklat kekuningan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2009) yang menyatakan bahwa pengenalan bahan pakan secara mikroskopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop, bahan yang diuji digiling halus dengan ukuran (mesh) tertentu, diamati strukturnya dibawah struktur dibawah mikroskop. Setiap bahan punya ciri-ciri struktur masing-masing.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Campuran Bungkil Kedelei dan Tepung Bulu Secara Mikroskopis

 

























Sumber : Data Hasil Pengamatan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa bahan pakan bungkil kedelei yang dicampur tepung bulu tanpa mikroskop terlihat bentuk tepung bercampur butiran dari bungkil kedelei dan warna coklat kekuningan sedangkan dengan mikroskop dapat dilihat ada butiran dan dikelilingi oleh serbuk-serbuk putih. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2010) yang menyatakan bahwa uji kualitas secara mikroskopis merupakan tidak lanjut dari uji organoleptik. Sesuai dengan namanya diperlukan mikroskop dengan pembesaran 90 - 500 x sebagai alat bantunya. Inti dari uji ini ialah melihat tekstur bahan baku dan bahan kontaminan.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Tepung Rese Secara Mikroskopis

 

























Sumber : Data Hasil Pengamatan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa bahan pakan tepung rese tanpa mikroskop bentuk tepung dengan serabut-serabut putih dan warna coklat sedangkan dengan mikroskop dapat dilihat berbentuk serabut-serabut warna coklat dan putih. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa pada pengolahan tepung rese, kulit dan kepala udang kering dapat langsung digiling dan diayak untuk mendapatkan tepung yang halus. Sementara kulit dan kepala udang basah dapat digiling setelah kering ataupun saat masih basah.












                                                                                      



PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan mengenai Pengenalan Bahan Pakan Secara Mikroskopis maka dapat disimpulkan :
·         Pengenalan bahan pakan secara mikrosopis bertujuan untuk untuk memeriksa ada tidaknya pemalsuan dalam bahan pakan komersial
·         Bahan pakan bungkil kedelei berbentuk butiran dan lebih jelas terlihat butirannya saat dilihat dibawah mikroskop serta berwarna coklat,
·         Bahan pakan tepung bulu berbentuk tepung, warna coklat kekuningan dan saat dibawah mikroskop terlihat ada gumpalan dan serbuk warna putih.
·         Bahan pakan campuran bungkil kedelei dengan tepung bulu terlihat bentuk tepung bercampur butiran dari bungkil kedelei dan warna coklat kekuningan sedangkan dengan mikroskop dapat dilihat ada butiran dan dikelilingi oleh serbuk-serbuk putih.
Saran
Untuk asisten, agar lebih tegas mengawasi praktikan saat praktikum berlangsung.
Untuk Laboratorium, sebaiknya kebersihan laboratorium diperhatikan




DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Mikroskopis. http://kamicintapeternakan.blogspot.com (7 April 2012)

Anonim, 2010. Pentingnya Uji Kualitas Ransum. http://info.medion.co.id (7 April 2012)

Anonim, 2011a. Pentingnya Uji Kualitas Ransum. http://info.medion.co.id (7 April 2012)

Anonim, 2011b. Pakan, Ransum, Konsentrat, Hijauan. http://myluckyta. wordpress. Com/2011/12/08 (Diakses 11 Maret 2012).

Anonim, 2012. Klasifikasi Bahan Pakan Internasional. http://masterternak .blogspot. com (7 April 2012)

Anggorodi, 1994. Nutrisi Aneka Ternak Unggas.PT. Gramedia Pustaka Utama,
    Jakarta

Rasyaf, M., 1992, Seputar Makanan Ayam Kampung. Kanisius, Yogyakarta.

Santoso, U. 1987. Limbah Bahan Ransum Unggas yang Rasional. Bhratara Karya aksara. Jakarta.

Sunarso, dan Christiyanto, Manajemen Pakan. http://nutrisi.awardspace.com/ download/MANAJEMEN%20PAKAN.pdf (Diakses 1 April 2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar