PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suplai ransum untuk ayam hendaknya
memperhatikan kualitas (mutu) maupun kuantitas (jumlah). Ransum dengan
kandungan nutrisi yang lengkap namun tanpa diimbangi dengan teknik pemberian
ransum yang baik tidak akan mampu mengoptimalkan produktivitas ayam. Begitu
pula sebaliknya, sebaik apapun teknik pemberiannya namun ransumnya kurang
berkualitas tentu saja produktivitas ayam menjadi kurang optimal.
Dalam pengujian kualitas pakan unggas sebagai bahan penyusun
ransum memerlukan beberapa pengujian agar menghasikan performan produksi yang
optimal sesuai dengan kebutuhan masing-masing unggas. Evaluasi dapat dilakukan
secara fisik, mikroskopis, kimia dan biologis.
Evaluasi bahan secara fisik dapat dilakukan secara langsung
dengan menggunakan panca indra kita misal dari bau, rasa, warna, dan perabaan.
Evaluasi bahan secara mikroskopis dengan cara mengamati dibawah mikroskop
mengenai struktur jaringan tanaman maupun jaringan hewan. Evaluasi bahan secara
kimiawi dilakukan dilaboraturium biasanya dengan analisis proksimat seperti
kandungan air, protein, energi, lemak, serat kasar dan abu. Evaluasi bahan
secara biologis bahan pakan untuk ayam biasanya dilakukan secara langsung pada
ayam. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya Praktikum Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum mengenai Pengenalan Bahan Pakan Secara Mikroskopis.
Tujuan
Praktikum
Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum mengenai Pengenalan
Bahan Pakan Secara Mikroskopis bertujuan untuk melihat beberapa jenis bahan
pakan di bawah mikroskop kemudian membandingkan perbedaan dari bahan pakan yang
satu dengan bahan pakan yang lainnya berdasarkan warna dan ukuran partikel
bahan pakan.
Kegunaan
Praktikum
Kegunaan dari Praktikum Bahan Pakan
dan Formulasi Ransum mengenai Pengenalan Bahan Pakan Secara Mikroskopis adalah
agar peserta praktikum dapat mengetahui perbedaan bahan pakan setelah dilihat
menggunakan mikroskop berdasarkan warna dan ukuran partikel dari pakan.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Bahan Pakan Secara Mikroskopis
Dilakukan
dengan menggunakan mikroskop, bahan yang diuji digiling halus dengan ukuran
(mesh) tertentu, diamati strukturnya dibawah struktur dibawah mikroskop. Setiap
bahan punya ciri-ciri struktur masing-masing (Anonim, 2009).
Mikroskopis
bertujuan untuk memeriksa ada tidaknya pemalsuan dalam bahan pakan komersial.
Misalnya : dedak sering dipalsukan dengan sekam (Anonim, 2009).
Menurut Anonim
(2009), cara pengujian pemalsuan :
- berdasarkan besar kecilnya ukuran partikel
- berdasarkan berat ringannya partikel
- berdasarkan besar kecilnya ukuran partikel
- berdasarkan berat ringannya partikel
Uji kualitas ini merupakan tidak
lanjut dari uji organoleptik. Sesuai dengan namanya diperlukan mikroskop dengan
pembesaran 90 - 500 x sebagai alat bantunya. Inti dari uji ini ialah melihat
tekstur bahan baku dan bahan kontaminan (Anonim, 2010).
Dalam uji mikroskopis metode TCE (Tetrachorethilene),
mikroskop yang digunakan adalah mikroskop sterio dengan kemampuan perbesaran
8-50 kali dan mikroskop compound dengan perbesaran 4-400 kali. Dengan
menggunakan alat tersebut ciri-ciri fisik bahan baku bisa diketahui lebih
detail, sehingga jika ada kontaminasi bisa terdeteksi (Anonim,
2011a).
.
Gambar 1.
Hasil pemeriksaan mikroskopik pada jagung (1), bekatul (2), tepung daging &
tulang (MBM) (3),dedak (4), tepung ikan (5) dan tepung tulang (6)
Gambar 2. Adanya kontaminasi tepung
bulu pada tepung ikan ditandai dengan adanya serabut tipis
B. Bahan Pakan Lokal
a. Jagung (Zea mays L.)
Merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,
selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat
utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika
Serikat. Penduduk
beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah
tepung
jagung atau
maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya)
(Anonim, 2011b).
b. Tepung rese
Didapatkan dari kulit dan kepala udang yang digiling. Pada
proses pembuatannya sebaiknya dipisahkan antara kulit dan kepala udang yang
masih basah dengan yang kering setelah sebelumnya dibersihakan dari kotoran.
Kulit dan kepala udang kering dapat langsung digiling dan diayak untuk
mendapatkan tepung yang halus. Sementara kulit dan kepala udang basah dapat
digiling setelah kering ataupun saat masih basah (Rasyaf, 1992).
c. Konsentrat
Konsentrat adalah pakan ternak yang mempunyai kandungan gizi
yang tinggi. Kalau dibandingkan dengan pakan serat, pakan penguat diperlukan
dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan pakan serat untuk mendapatkan
sejumlah zat gizi yang sama. Biasanya pakan penguat atau konsentrat mempunyai
nilai yang lebih mahal per satuan berat dibandingkan dengan pakan serat. Namun
demikian, hal ini tidak selalu karena ada beberapa limbah pengolahan produk
pertanian yang mungkin nilainya tidak mahal atau tersedia melimpah (untuk
tempat-tempat tertentu), misalnya ampas tahu (Anonim, 2011b).
d. Tepung Tulang
Peran tepung tulang sebagai campuran pakan unggas adalah
sebagai sumber kalsium dan fosfor. Tidak semua jenis tulang dapat digunakan
sebagai bahan baku tepung tulang, tetapi hanya tulang ternak dewasa saja yang
dapat digunakan, seperti tulang sapi, kerbau, babi, dan kuda.Tepung tulang yang
baik biasanya memenuhi beberapa syarat, diantaranya berwarna keputih-putihan,
tidak berbau, tidak mengandung bibit penyakit, kadar air paling tinggi 5% (Rasyaf, 1992).
e. Bungkil Kedelei
Bungkil Kedelei merupakan bahan pakan yang paling baik untuk
ternak, mudah dicerna kadar proteinnya tinggi dan kaya akan asam amino
essensial dan bila dikombinasikan dengan jagung akan menghasilkan pakan yang
baik untuk ternak. Karena kadar lemaknya sangat tinggi sebaiknya pemberian
tidak lebih dari 25% dari jumlah pakan konsentrat (Anonim, 2012).
f. Tepung
Ikan
Tepung ikan adalah
sumber protein yang sangat baik untuk unggas, karena mengandung asam-asam amino
essensial yang cukup untuk kebutuhan ayam dan sumber dari lisin dan metionin,
tepung ikan yang tidak rusak karena pengolahan mengandung energi metabolis yang
cukup tinggi dibanding dengan bahan-bahan makanan lainnya yang digunakan
dalam ransum unggas (Anggorodi, 1994).
g. Urea
Urea merupakan sumber Non Protein Nitrogen (NPN) karena urea
mengandung nitrogen sebesar 45%, yang sama dengan protein kasar sebesar 281%.
Di dalam rumen NPNmerupakan salah satu bahan
pembentuk asam amino, kemudian dengan bantuan mikrobarumen beberapa asam amino
bergabung untuk membentu protein. Dengan demikian dapatdikatakan bahwa
pembentukan protein dapat berasal dari NPN dengan bantuan kerja mikrobarumen.
Jumlah urea yang diberikan pada sapi tidak boleh berlebihan. Takaran pemberian
100mg/Kg Berat Badan sapi atau 10 gram/100 Kg Berat Badan sapi atau maksimal
115 gram/ekor sapi. Apabila diberikan lebih dari takaran akan
mengakibatkan keracunan.Gejala-gejala yang terlihat apabila terjadi keracunan
urea :1. Sapi tampak gelisah 2. Meneteskan air liur (ngiler) 3. Perut gembung 4.
Menyepak-nyepakan kakinya ke perut 5. Jalan sempoyongan 6. Sesak nafas 7. Mati
apabila tidak cepat tertolong (Anonim, 2011b).
h. Dedak
Dedak merupakan limbah
dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung “bagian luar” beras
yang tidak terbawa, tetapi bercampur pula dengan bagian penutup beras itu
(Anggorodi, 1994).
Kandungan nutrisi dedak
adalah PK 12%, lemak 13%, serat kasar 12%, abu 10,1%, 41,9% BETN. Dedak kasar
ini sebenarnya terdiri atas pecahan-pecahan kulit gabah yang masih tercampur
dengan sedikit bahan yang berasal dari berasnya sendiridan berwarna kuning
cerah. Dedak kasar yang sungguh-sungguh kering mengandung rata-rata 10,6%
air; 4,1% protein; 32,4% BETN; 35,3% serat kasar; 1,6% lemak; 16% abu, kadar
protein dapat dicerna 2,8% dan martabat patinya 19% (Santoso, 1987).
i.
Sulfur
Mineral
sulfur merupakan komponen struktur protein kolagen. Beberapa komponen penting
lain yang mengandung sulfur antara lain adalah hemoglobin, asam lipoat,
glutathion, sitokhrom, heparin, estrogen, ko-enzim A, fibrinogen dan
sul-folipid (Anggorodi, 1994).
j. Tepung bulu
Tepung bulu mempunyai
kandungan protein kasar, cukup tinggi, teranalisis antara 82% hingga 91%, kadar
protein yang jauh lebih tinggi daripada tepung ikan. Tetapi sayang, dari
protein sejumlah itu hanya sedikit yang dapat dimanfaatkan oleh unggas, justru
akan mengurangi prestasi unggas, produksi telur berkurang dan pertambahan berat
badan juga merosot (Rasyaf, 1992).
k. Tepung Tapioka
Berdasarkan
teksturnya, tepung tapioka tergolong sebagai pakan halus. Pakan halus umumnya
berbentuk mesh (berbentuk tepung).Bentuk ini merupakan bentuk ransumyang umum
terlihat. Bahan yang dipilih menjadi ransum digiling halus kemudian dicampur
menjadi satu. Ransum bentuk ini menyebabkan ternak tidak bisa memilih bahan
pakan yang disenangi. Bentuk ransum yang halus ini memiliki keuntungan lain,
yaitu mudah diserap usus (khususnya ayam) sehingga efisiensinya lebih baik.
Ransum bentuk ini dapat digunakan untuk semua umur dan harganya lebih murah
(Sunarso dan Christiyanto, 2012).
METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu
dan Tempat
Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum mengenai Pengenalan
Bahan Pakan Secara Mikroskopis dilaksanakan pada hari Kamis, 5 April 2012 Pukul
15.00 Wita sampai selesai di Laboratorium Anggrostologi, Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi
Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada
praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum mengenai Pengenalan Bahan Pakan
Secara Mikroskopis adalah mikroskop dan cawan petri.
Bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum mengenai Pengenalan
Bahan Pakan Secara Mikroskopis adalah konsentrat, dedak, sulfur, tepung rese,
tepung tulang, tepung tapioka, tepung ikan, bungkil kedelei, tepung bulu, urea
dan jagung (Zea mays L.)
Metodologi
Praktikum
Menyiapkan sampel bahan pakan dan mikroskop, kemudian meletakkan pakan pada
cawan petri lalu mengamati di bawah mikroskop. Setelah itu, mencatat dan
menggambar hasil yang diperoleh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan mengenai bahan
pakan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Pengamatan Bungkil
Kedelei Secara
Mikroskopis
Sumber : Data Hasil Pengamatan Bahan
Pakan dan Formulasi Ransum, 2012.
B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan dapat dilihat bahwa bahan pakan bungkil kedelei tanpa mikroskop
bentuknya butiran dan warna coklat sedangkan dengan mikroskop dapat dilihat
bentuk butirannya begitu jelas dan seperti kacang serta warna coklat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Anonim (2012) yang menyatakan bahwa bungkil kedelei merupakan
bahan pakan yang paling baik untuk ternak, mudah dicerna kadar proteinnya
tinggi dan kaya akan asam amino essensial dan bila dikombinasikan dengan jagung
akan menghasilkan pakan yang baik untuk ternak.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Tepung
Bulu Secara
Mikroskopis
Sumber : Data Hasil Pengamatan Bahan
Pakan dan Formulasi Ransum, 2012
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan dapat dilihat bahwa bahan pakan tepung bulu tanpa mikroskop bentuk
tepung dan warna coklat kekuningan sedangkan dengan mikroskop dapat dilihat
bentuk tepung dan terlihat ada serbuk-serbuk putih dan
gumpalan seperti kapas
serta warna coklat kekuningan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim
(2009) yang menyatakan bahwa pengenalan bahan pakan secara mikroskopis dilakukan
dengan menggunakan mikroskop, bahan yang diuji digiling halus dengan ukuran
(mesh) tertentu, diamati strukturnya dibawah struktur dibawah mikroskop. Setiap
bahan punya ciri-ciri struktur masing-masing.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Campuran
Bungkil Kedelei dan Tepung Bulu Secara Mikroskopis
Sumber : Data Hasil Pengamatan Bahan
Pakan dan Formulasi Ransum, 2012
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan dapat dilihat bahwa bahan pakan bungkil kedelei yang dicampur tepung
bulu tanpa mikroskop terlihat bentuk tepung bercampur butiran
dari bungkil kedelei dan
warna coklat kekuningan sedangkan dengan mikroskop dapat dilihat ada
butiran dan dikelilingi oleh serbuk-serbuk putih. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2010) yang
menyatakan bahwa uji kualitas secara mikroskopis merupakan tidak lanjut dari
uji organoleptik. Sesuai dengan namanya diperlukan mikroskop dengan pembesaran
90 - 500 x sebagai alat bantunya. Inti dari uji ini ialah melihat tekstur bahan
baku dan bahan kontaminan.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Tepung
Rese Secara
Mikroskopis
Sumber : Data Hasil Pengamatan Bahan
Pakan dan Formulasi Ransum, 2012
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat
bahwa bahan pakan tepung rese tanpa mikroskop bentuk tepung dengan
serabut-serabut putih dan warna coklat sedangkan dengan mikroskop dapat dilihat
berbentuk serabut-serabut warna coklat dan putih. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa pada pengolahan
tepung rese, kulit dan
kepala udang kering dapat langsung digiling dan diayak untuk mendapatkan tepung
yang halus. Sementara kulit dan kepala udang basah dapat digiling setelah
kering ataupun saat masih basah.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan mengenai Pengenalan
Bahan Pakan Secara Mikroskopis maka dapat disimpulkan :
·
Pengenalan
bahan pakan secara mikrosopis bertujuan untuk untuk memeriksa
ada tidaknya pemalsuan dalam bahan pakan komersial
·
Bahan pakan bungkil kedelei berbentuk
butiran dan lebih jelas terlihat butirannya saat dilihat dibawah mikroskop
serta berwarna coklat,
·
Bahan pakan tepung bulu berbentuk
tepung, warna coklat kekuningan dan saat dibawah mikroskop terlihat ada
gumpalan dan serbuk warna putih.
·
Bahan pakan campuran bungkil kedelei
dengan tepung bulu terlihat
bentuk
tepung bercampur butiran dari bungkil kedelei dan warna coklat kekuningan sedangkan dengan mikroskop dapat
dilihat ada
butiran dan dikelilingi oleh serbuk-serbuk putih.
Saran
Untuk asisten, agar lebih tegas mengawasi praktikan saat
praktikum berlangsung.
Untuk Laboratorium, sebaiknya kebersihan laboratorium
diperhatikan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2011b. Pakan, Ransum,
Konsentrat, Hijauan. http://myluckyta.
wordpress. Com/2011/12/08 (Diakses 11 Maret 2012).
Anonim, 2012.
Klasifikasi
Bahan Pakan Internasional. http://masterternak .blogspot. com (7
April 2012)
Anggorodi,
1994. Nutrisi
Aneka Ternak Unggas.PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Rasyaf, M., 1992, Seputar Makanan Ayam Kampung. Kanisius, Yogyakarta.
Santoso, U.
1987. Limbah Bahan Ransum Unggas yang
Rasional. Bhratara Karya aksara. Jakarta.
Sunarso, dan Christiyanto, Manajemen Pakan. http://nutrisi.awardspace.com/
download/MANAJEMEN%20PAKAN.pdf (Diakses 1 April 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar