Kamis, 18 September 2014

TENTANG MATADOR




Mereka adalah Matador. Kadang mereka memanggilku si Lebay, Alay, Olive, Tirus, Winda, Wiwin, Onepiece ataupun Ondenk. Mereka memanggil namaku seenak hati, sesuai keinginan masing-masing orang. Awalnya aku tak setuju tapi lama-lama paham kebiasaan mereka.
            MATADOR. Tidak tahu dari mana harus memulai cerita tentang Matador. Terlalu banyak kisah yang ditorehkan mereka selama di Perguruan Tinggi. Matador adalah nama angkatan kami, angkatan 2010 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Angkatan yang seru walaupun kadang kami berbeda pendapat dan selalu bertengkar. Banyak perbedaan namun bisa saling mengisi, bisa saling menerima kekurangan masing-masing.
            Matador adalah komunitas pertama yang bisa membuatku nyaman dengan perbedaan. Memang dalam angkatan ini ada kelompok-kelompok yang terbentuk karena kebiasaan saling bersama tapi ada sesuatu yang membuat dinding itu akhirnya menipis.
            Pertama kali memasuki Perguruan Tinggi, kata kebersamaan, persaudaraan bahkan keseruan dengan angkatan ini tidak pernah terbersit didalam pikiran. Yang aku tahu tiap orang berbeda dan mereka akan melakukan hal-hal untuk menyenangkan diri mereka sendiri. Tidak ada kata tulus ataupun keinginan untuk membantu. Semua hanya kepentingan. Pemikiran yang sungguh salah tentang individu yang sudah diciptakan Allah Swt dengan proses yang cukup panjang dan sulit. Pemikiran yang sangat sempit.
            Aku belajar banyak dari Matador. Walaupun kebatuan dalam diri ini belum berkurang banyak, setidaknya aku tahu ada perubahan. Hari demi hari berlalu, tahun demi tahun berlalu, aku sempat kecewa dengan angkatan Matador bahkan menghindar dari mereka semua. Lebih baik sendiri. Pikiranku waktu itu.
            Namun Allah itu sungguh adil, karena dibalik kekecewaan aku belajar arti kehidupan sebenarnya. Kehidupan itu bukan hanya proses tapi ada suatu hal yang bisa kita lakukan agar lebih bermakna dan lebih indah. Saat itu aku mulai membuka diri, mulai berpikiran positif terhadap angkatan ini. Dan sungguh kebahagiaan yang tak terkira aku dapatkan. Barangkali bagi teman-teman kata-kata itu lebay, alay atau apapun tapi kebahagiaan itu datang dari hati. Hati itu tidak pernah bohong.
             Barangkali perasaan bahagia itu cuma aku yang mengerti, cuma aku yang merasakan tapi bagiku itu adalah kesyukuran luar biasa. Memiliki kalian teman-teman yang bisa membuatku tertawa lepas, tertawa bahagia, senyum dengan tulus, ataupun menjadi diriku sendiri. Canda, tawa, kebersamaan, kebahagiaan, keceriaan dan apapun yang telah kalian berikan begitu bermakna.
            Mungkin aku pernah sendiri, mungkin aku pernah kecewa ataupun sakit hati tapi semua itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kehangatan dan kebahagiaan yang telah kalian beri.
Ataupun kita angkatan yang kompaknya salah-salah, masih memiliki egoisme yang tinggi pada tiap orang. Namun itu juga merupakan proses untuk lebih memaknai kebersamaan di dalam tubuh Matador.
            Barangkali aku lalod, kikir ataupun stigma lainnya yang kalian pikirkan. Tapi kalian bisa mengerti dan menerima segala kekurangan itu. Tetap berteman dengan baik dengan kelakuan egoisku yang cukup tinggi, kepedulian yang kurang ataupun cuek yang luar biasa.
            Satu harapanku pada kalian, dimanapun kita nanti, seperti apapun kita nanti, jangan pernah melupakan ikatan yang telah kita bentuk, IKATAN MATADOR. Karena bagiku angkatan ini penting. Kalian adalah teman-teman berharga bagiku. Terlepas dari berbagai sifat.
            Maaf jika selama ini aku suka membuat marah dan melakukan banyak kesalahan...
Aku Sayang Kalian Semua (MATADOR)...
Semoga Kita Semua menjadi Orang yang Sukses...
Bukan hanya Sukses di Dunia tapi juga Akhirat...
Aamiin...

<3 <3 Love U MATADOR
Winda “OP” ^_^

Rabu, 17 September 2014

KAMAR INI DAN JILBABERS

Tiga tahun yang lalu aku melangkahkan kaki memasuki kamar ini. Dan saat itu aku langsung jatuh cinta dengannya. Warna dindingnya kuning dan ada perabot yang membuat nyaman. Cermin besar terpampang di dekat pintu. Cermin yang membuat siapapun yang bercermin disana bisa terlihat agak gemuk. Di kamar ini banyak kisah yang telah terukir, sedih, senang, kebersamaan, keceriaan bahkan menangis dalam sunyi. Barangkali aku sendiri di kamar kosan ini, tapi anehnya aku tidak pernah merasa kesepian. Tahukah kenapa ? Karena aku memiliki teman-teman yang selalu berkumpul dikamar sempit ini. Riuh, ribut dan berbagai hal lainnya. Mereka adalah Anak Jilbabers dan Matador. Tapi aku hanya ingin bercerita tentang anak jilbabers, karena sebagian waktu kami dihabiskan di kamar sempit ini. 
Jilbabers adalah sekelompok grup wanita yang terbentuk karena kesamaan nasib. Entahlah saya juga tidak mengerti bagaimana asal mula grup ini terbentuk sebab yang menamai kami juga adalah anak Matador. Beginilah kalau dalam kelompok ada lagi kelompok. Panggilan itu dilayangkan juga karena kami berjilbab dan selalu bersama. Kami ada 8 orang. Faridah, Qadry, Dayen, Rini, Marwah, Herni, Tika dan Aku.
Faridah adalah wanita yang mudah tersinggung, pesimisnya adalah cara agar bisa optimis,
Qadry adalah wanita kepo, yang perhatian,
Dayen adalah wanita cantik dan pintar yang rendah hati
Rini adalah wanita bondeng yang baik
Marwah adalah wanita cerewet yang seru
Herni adalah wanita yang bersifat keibuan
Tika adalah wanita alim yang benar-benar memegang prinsipnya
Aku ?? Entahlah
Matador adalah nama angkatan kami, angkatan 2010 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Angkatan yang seru walaupun kadang kami berbeda pendapat dan selalu bertengkar. Banyak perbedaan namun bisa saling mengisi, bisa saling menerima kekurangan masing-masing. Dalam angkatan ini ada beberapa kelompok yang terbentuk karena kebiasaan saling berkumpul bersama. Jilbabers, PWL, PCL , Duo dan beberapa kelompok lain.
Jilbabers mengurai kisah penting dalam perjalananku di Perguruan Tinggi. Suka duka bersama dalam membuat laporan, mengerjakan tugas serta sama-sama menjadi wanita mandiri. Hahaa... Hanya kami anak jilbabers yang mengerti arti “Mandiri” disini.
Di kamarku yang sempit ini, kami biasa tertidur lelah gara-gara praktikum, 2 atau 3 orang yang tidur diatas ranjang berkapasitas 1 orang, lainnya tidur melantai dengan gaya yang berbeda-beda, makan bersama-sama, maccalla, curhat-curhat ataupun hal lainnya. Terlalu banyak cerita dengan jilbabers di kamar ini. Namun diantara cerita-cerita itu ada 2 cerita yang tidak bisa aku lupakan.
Pertama, saat kami menonton bersama, 8 orang semuanya duduk diatas ranjang berkapasitas 1 orang, ketika kami asyik menonton, ketika film itu berada ditengah cerita, tiba-tiba “krek” salah satu papan ranjang tersebut patah. Kami segera turun dan menyebar. Kaget. Diam beberapa saat, saling bertatapan. Kamipun tertawa. Saling menuduh dengan berat badan masing-masing. Padahal perbandingan orang yang kurus dan gemuk 50:50.
Kedua, mereka anak jilbabers memberi suprised (membersihkan kamar sempitku ini tanpa kuminta) tapi aku sama sekali tidak bereaksi apa-apa alias datar-datar saja. Hari itu, ketika aku pulang dari kuliah pengulangan dan membuka pintu kamar tiba-tiba
“Tada” teman-teman jilbabersku berseru
Aku tidak mengerti, melihat tanpa ekspresi muka mereka, kemudian dengan santai menyimpan tas, lelah berjalan dari lantai 3 ruang kuliah ke pondokan.
Mereka tertegun. Diam.
“Kenapa ?” Aku bertanya
“Kenaaapaaaa ? Sudah dibersihkan kamarmu” jawab Qadry tidak terima dengan ekspresiku yang datar
“Ouh... sudah mubersihkan” jawabku dengan datar lagi dan tanpa ekspresi
“Hah... Cuma itu ?” Mereka protes
“Siapa suruhq membersihkan ?” Tanyaku lagi-lagi dengan wajah tanpa ekspresi dan tanpa bersalah
 “Kenapa dibersihkan ? kenapa dibersihkan ? Karena disini kita selalu berkumpul, karena disini kita selalu bersama, masa’ dibiarkan kotor” Qadry mengeraskan suara benar-benar tidak terima
“Setidaknya bilangq terima kasih atau apalah” lanjutnya
“Ouh... Terima kasih” Kataku dengan cepat dan lagi-lagi tanpa bersalah.
“HAAH.... WINDA... BAAATUUU” Mereka berteriak. Jengkel.
Aku hanya melihat mereka. Tidak mengerti.
            Malamnya ketika aku terbangun dari tidur. Aku melihat ke sekeliling ruangan kamar. Berbeda. Bersih.
“Kenapa juga mereka membersihkan kamar ini tanpa kusuruh ?” Aku berpikir. Melihat langit-langit kamar.
Terngiang kata-kata Qadry. Teringat wajah-wajah protes mereka. Wajah protes anak jilbabers melihat kelakuanku.
“TEMAN-TEMAN YANG BAIK DAN PERHATIAN” Aku bertutur dan tersenyum sendiri. Kemudian melanjutkan tidur.
            Banyak kisah yang telah terukir dalam bingkai kebersamaan “Jilbabers”.  Semua yang telah terlewati itu akan tetap menjadi kenangan, terngiang di pikiran dan akan terus tersimpan di hati kita. Aku bersyukur bertemu dengan kalian anak-anak “Jilbabers”. Terima kasih atas kebaikan, perhatian serta tawa canda yang kalian berikan. Terima kasih atas semua kisah kebersamaan dan kebahagiaan yang telah kita ukir. Terima kasih karena sudah mau menungguku walaupun aku selalu berkata “Duluan miq” atau duluan berjalan padahal kalian sudah menunggu berjam-jam..., jarang membalas sms, menerimaku apa adanya walaupun lalod dan menjengkelkan ataupun berhati batu.
            Hari ini, kamar ini selesai kontraknya. Dibalik pertemuan pasti ada perpisahan. Kita harus melangkah menjalani hari kita masing-masing. Masa depan kita masing-masing. Terima kasih karena kebersamaan dan kebahagiaan yang kalian berikan dan bisa mengikis sedikit demi sedikit kebatuan dalam diri ini. Maaf jika selama ini ada kata-kata yang tidak sepantasnya aku tuturkan yang membekas dalam hati kalian dan maaf jika selama ini aku banyak salah...

<3 <3 Love U Jilbabers
Winda “OP” ^_^

Jumat, 31 Januari 2014

MELUKIS LANGIT



Langit
Lapisan atmosfer yang terlihat biru karena pantulan cahaya
Indah, Tenang dan Menyejukkan
Begitu jauh dan penuh tanya akan luasnya ?
Ku ingin melukis
Melukis langit itu
Dengan pena pelangi kehidupanku
Yang kulukis dengan cerita Aku, Kamu, Dia, Kita dan Mereka
Perasaan dalam jiwa ini
Perjuangan dalam meraih mimpi
Semua memori dan kenangan masa lalu
Apa yang terjadi hari ini
Dan  masa depan yang masih samar
Ingin kulukis semua itu
Pada langit
Dan terbang bebas bagaikan burung
Menikmati lukisan yang kutorehkan dilangit
Tentang perjalanan hidup ini
HIDUPKU...