Produktivitas Ayam
Ras Pedaging yang Dipelihara
dengan Sistem
Pemeliharaan Berbeda
WINDAWATI. ALWI
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar,
90245
Abstrak
Ayam
broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam
yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging
ayam. Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis
kelembagaan usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan, dan membandingkan
tingkat keuntungan usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan dan pola
mandiri. Dengan metode pratikum dilakukan selama 35 hari dengan penyediaan
strain ayam Lohmann MB 202 P dan Cobb’’Patriot” dengan sistem perkandangan
brooding house. Ditemukan bahwa
kelembagaan kemitraan dilaksanakan dengan pola koordinasi vertikal oleh
perusahaan inti, peternak hanya bersifat pasif (pelaksana kontrak), dan kontrak
perjanjian dengan perusahaan inti masih belum jelas dan kurang terperinci.
Usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri lebih menguntungkan dibandingkan
dengan usaha ternak pola kemitraan, namun modal awal dan resiko usaha yang
relatif besar.
Kata
kunci : Ayam pedaging, pola kemitraan dan
pola mandiri
PENDAHULUAN
Ayam
broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam
yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging
ayam. Ayam broiler populer di Indonesia sejak tahun 1980-an. Hingga kini ayam
broiler telah dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya.
Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan.
Di
dalam pemeliharaan broiler terdapat dua pola yang dapat digunakan yaitu pola
mandiri dan pola kemitraan. Pola mandiri merupakan sistem pemeliharaan yang
dikelola secara mandiri dan keuntungannya pun cukup besar sebab yang menentukan
harga penjualannya adalah perusahaan itu sendiri. Namun pola mandiri relatif memiliki resiko
yang cukup besar dibandingkan pola kemitraan jika terjadi masalah berupa
penyakit ataupun hal lainnya yang dapat merugikan peternak itu sendiri.
Sedangkan pola kemitraan merupakan kerja sama antara perusahaan dan peternak
yang akan mengelola usaha ternak. Pada
pola kemitraan, peternak hanya mengeluarkan biaya yang cukup ringan sebab ada
mitra yang menjadi donator bagi usaha peternakannya. Tetapi pola kemitraan juga memiliki
kekurangan yaitu peternak hanya mendapatkan setengah atau seperempat dari hasil
penjualan ternak yang dikelolanya.
Tujuan
dilakukannya praktikum Manajemen Ternak Unggas ini adalah menganalisis
kelembagaan usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan, dan membandingkan
tingkat keuntungan usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan dan pola
mandiri.
MATERI DAN METODE
Sebagai model percobaan, dilakukan
kajian terhadap sistem pemeliharaan yang dilakukan pada unit pemeliharaan ayam
pedaging Laboratorium Ternak Unggas Fakultas peternakan Universitas Hasanuddin.
Terdapat dua macam sistem pemeliharaan yang dianalisis yaitu pola mandiri dan
pola kemitraan dengan spesifikasi teknis manajemen pada tabel 1.
Tabel 1. Spesifikasi Teknis Manajemen Pemeliharaan Ayam Pedaging
No Uraian
Sistem Pemeliharaan
Mandiri Kemitraan
1. Strain Ayam Lohmann MB 202 P Lohmann MB 202 P
2. Kepadatan Kandang 8 ekor/m2 8 ekor/m2
3. Lama Brooding 10 hari 10 hari
4. Spesifikasi Pakan
a.
Pre- Starter
·
Merk Dagang - MS40 HG
·
Bentuk Fisik - Butiran (Crumble)
·
Protein kasar (%) - 23 – 24
·
Energi metabolisme (kkal/kg) - 3000 – 3100
·
Lama pemberian - Umur 1 – 14 hari
·
Produsen - PT. Japfa Comfeed
Indonesia
b. Starter
·
Merk Dagang CP 11 MS42
·
Bentuk Fisik Butiran
(Crumbel) Butiran (Crumble)
·
Protein Kasar (%) 21 - 23 21 - 23
·
Energi metabolisme(kkal/kg) 3000-3100 3000
·
Lama pemberian Umur 1 - 14 hari Umur 15 - 21 hari
·
Produsen
PT.
Charoen Phakphand PT. Japfa Comfeed
Indonesia Indonesia
c. Finisher
·
Merk Dagang SBC 12+
Jagung MS44
·
Bentuk Fisik
Tepung/Mash
(Tepung, 33%) Pellet
Konsentrat (67 % Jagung)
·
Protein Kasar (%) 17 - 18 19 – 21
·
Energi metabolisme(kkal/kg) 2800 - 2900 2900 - 3000
·
Lama pemberian Umur
15 - 35 hari Umur 22
- 35 hari
·
Produsen PT. Charoen Phakphand PT. Japfa Comfeed
Indonesia Indonesia
5. Obat dan Vaksin
a. Vaksin
·
Marek Umur 1 hari Umur 1 hari
·
New Castle Disesase (ND) Umur 4 hari (kill) Umur 1 hari(kill +
Umur 18
(live) Live)
·
IBD (Gumboro) - Umur 1 hari
b. Obat-obatan
·
Antibiotik
1.
Oxytetracycline Minggu I dan II -
2. Amoxycyclin
+ Colistin
- Minggu I dan II
Sulfat
3. Erytromycin
+ Doxycyclin -
Minggu II
·
Coccidiostat Feed Aditive Feed Aditive
·
Pro dan Prebiotik
- -
c. Vitamin dan Elektrolit Minggu I dan II Minggu I-V
Parameter
produktifitas ayam pedaging yang dianalisis antara lain : komsumsi pakan.
Pertumbuhan berat badan, berat badan akhir, konversi pakan, mortalitas, dan
Income Over Feed and Chick Cost ( IOFC
).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
pengamatan produktifitas ayam pedaging yang dipelihara dengan sistem
pemeliharaan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel
2. Produktifitas ayam pedaging yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan
berbeda
Parameter
Mandiri
Kemitraan
Lama Pemeliharaan 35 hari
35, 13 hari
Konsumsi Pakan (g/e) 3300
3417
PBB(g/e/hari)
55.86 61.80
Berat Badan Akhir (g) 1950
2200
Konversi Pakan 1.690
1.550
Mortalitas (%
2.33 3
Income Over Feed and Chick Cost (Rp/e) 4935 4617
IP (Indeks
Broiler) 373
359
Pada
tabel dua terlihat jelas bahwa adanya perbedaan antara kemitraan dan mandiri
dari berbagai aspek. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui manakah yang
perlu dijadikan acuan pola mandiri atau
kemitraan dengan lama pemeliharaan yang sama sebab waktu optimal perkembangan
ayam pedaging yaitu 35 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011) yang
menyatakan bahwa para peternak plasma hanya diminta menyiapkan kandang dan
tenaga, sedangkan masalah pemasaran dan lain-lain seperti kebutuhan anak ayam
atau "day old chicken" (DOC), pakan, sampai obat-obatan menjadi
tanggung jawab pihak inti. Setelah ayam pedaging berumur kurang lebih 35-40
hari maka ayam pedaging siap dijual ke pedagang yang ditunjuk oleh pihak inti.
Namun dalam mandiri semuanya disediakan oleh peternak.
Dari segi konsumsi pakan dapat
dilihat bahwa dengan pola mandiri konsumsi pakannya 3300 gr sedangkan kemitraan
hanya 3417 gr. Hal ini dapat di pengaruhi oleh perbedaan dari ukuran kelompok
yang menyebabkan kepadatan kandang, sebab dengan cara kemitraan menggunakan
ayam yang lebih banyak sehingga konsumsi pakan pada setiap ternak tidak merata
akibatnya ada ternak yang masa pertumbuhannya lambat dibandingkan yang lainnya.
Namun konsumsi pakannya masih normal sebab masih sesuai dengan standar NRC(National Research
Countil). Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyu (1995), yang
menyatakan bahwa berdasarkan uji beda t test peternak
ayam ras pedaging mandiri memiliki tingkat pendapatan rata-rata yang berbeda
dibanding peternak pola kemitraan, hal ini ditunjukkan dengan nilai R/C ratio
peternak
mandiri sebesar 1,26 lebih tinggi dibanding peternak pola kemitraan yang hanya
sebesar 1,06. Dalam hal ini peternak yang berusaha secara mandiri lebih
menguntungkan daripada peternak yang menjadi anggota pola kemitraan.
Pertumbuhan
Berat Badan diukur berdasarkan konversi berat gram perekor ternak perhari. Pada
pola kemitraan memiliki pertambahan berat badan yang lebih cepat di bandingkan
dengan pola mandiri. Begitupula dengan berat badan akhirnya, secara otomatis
nilai berat badan pola kemitraan akan lebih tinggi sebab berat badan perhari
yang terus meningkat akan mempengaruhi jumlah berat badan akhirnya. Hal ini
dapat sangat di pengaruhi oleh konsumsi pakannya seperti yang dijelaskan
sebelumnya dimana konsumsi pakan pada pola kemitraan lebih banyak di bandingkan
pola kemitraan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumartini
(2004) menyatakan bahwa pendapatan
rata-rata per-kilogram bobot ayam hidup, pada petani ternak pola mandiri lebih
besar dibandingkan pola kemitraan, namun pendapatan rata-rata secara total
pertahun pada petani ternak pola kemitraan lebih besar dibanding pola mandiri,
sedangkan nilai rentabilitas usahatani pada pola mandiri mempunyai nilai
positif yang juga lebih besar (4,43 %> 2,65 %).
Berat
Badan Akhir pada pola kemitraan lebih tinggi dari mandiri. Hal ini karena pada
pola kemitraan jumlah pakan telah diatur oleh pihak mitra sehingga lebih
terjamin. Hal ini sesuai pendapat Hastuti (2002) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan berat badan bukan hanya dipengaruhi oleh konsumsi
pakannya tetapi juga interaksi antara potensi genetik dan lingkungannya.Selanjutnya
dari segi konversi pakannya merupakan bagian terpenting yang harus selalu
diamati baik pola kemitraan maupun mandiri. Menurut AAK (1986) menyatakan konversi pakan yaitu perbandingan
jaminan yang harus dikonsumsi dengan bobot badan yang dicapai selama waktu
tertentu. Dengan demikian dapat
diketahui beberapa banyak pakan yang akan dibutuhkan untuk menghasilkan
bobot badan tertentu.
Pada
pola mandiri dan kemitraan di atas sangat jelas perbedaan yang nampak dimana
konversi pakan dengan pola kemitraan lebih sedikit yang menandakan bahwa pakan
yang dikonsumsi oleh ayam betul-betul terserap dengan baik oleh tubuhnya. Hal
ini di dukung oleh pendapat Yunus (2009) bagi
peternak pola kemitraan efisiensi harga/alokatif dan efisiensi ekonomis tidak
menjadi suatu hal penting yang harus dicapai karena pada usaha ternak pola
kemitraan harga input dan harga output sudah ditentukan oleh pihak inti
(perusahaan) dan peternak hanya menerima saja. Lain halnya dengan peternak mandiri
yang dengan bebas dapat memilih dan menentukan kombinasi harga faktor-faktor
produksi yang mereka gunakan
Dilihat
dari mortalitasnya pada pola kemitraan memiliki mortalitas yang tinggi. Hal ini
bisa di sebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu karena cekaman panas akibat ruang gerak yang
terbatas dan dapat pula di sebabkan oleh konsumsi pakan yang tidak diimbangi
dengan aktifitas ternak tersebut dalam artian kebutuhan konsumsi ternak tidak
sesuai dengan yang dimakannya dan bisa pula karena penyakit sebab menurut Menurut Rasyaf (2008) bahwa
perbedaan pertumbuhan ini sangat tergantung pada perlakuan
peternak, pembibit, atau lembaga yang membibitkan ayam tersebut, sehingga
peternak harus memperhatikan konversi pakan dan mortalitasnya
Income
Over Feed and Chick cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya
operasional ternak. Pada pola mandiri secara otomatis harus mengeluarkan biaya
operasional yang cukup banyak sebab perusahaan itu sendiri yang akan mengelola
sendiri usahanya itu dan begitupula dengan hasil yang nantinya diperoleh akan
diatur sendiri oleh perusahannya termasuk harga. Sebaliknya pada pola kemitraan
hanya mengeluarkan biaya yang sedikit sebab peternak memiliki mitra yang siap
untuk memberikan bantuan namun konsekuensinya peternak tersebut harus mengikuti
harga pasar dan hasil yang ia peroleh nantinya akan dibagi bersama dengan
mitranya. IP pada pola mandiri lebih besar dari pola kemitraan. Itu karena
pemeliharaan yang intensif. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) berpendapat bahwa indeks produksi merupakan
hasil perkalian persentase ayam hidup dan bobot badan rataan dibagi konversi
dan lama pemeliharaan. Indeks produksi dipengaruhi oleh bobot badan, angka
konversi dan pemeliharaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan
pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam mengembangkan
usaha peternakan ayam broiler terdapat dua pola yang dapat digunakan yaitu pola
kemitraan dan pola mandiri. Pola kemitraan dan pola mandiri merupakan dua pola
yang sangat berbeda namun secara umum pola yang baik adalah pola kemitraan
karena memiliki keunggulan dari berbagai perameter.
DAFTAR PUSTAKA
A.A.K. 1986. Beternak
Ayam Pedaging. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Anonim. 2011. Kemitraan Ayam broiler. http://cybex.deptan.go.id (Diakses 6 Mei 2012)
Rani Hastuti. 2002. Evaluasi pola Kemitraan Plasma inti Pada
Pola koperasi Peternakan Unggas Mitra Jaya Periangan Kecematan Bojongasoan
kabupaten Bandung. Skripsi. Fakultas peternakan Institut pertanian Bogor.
Rasyaf, M. 1995.
Beternak
ayam ras pedaging. PT. Gramedia. Jakarta.
. 2008. Pengololahan Usaha Perternakan Ayam Pedaging. PT. Gramedia. Jakarta.
Sumartini. 2004. Kemitraan
Agribisnis Serta Pengaruhnya Terhadap Pernadapatan Usaha Ternak Ayam Ras
Pedaging (Studi Pada Kemitraan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten
Bandung. Institut Pertanian Bandung. Bandung.
Yunus, R. 2009. Tesis
Analisis Efisiensi Produksi
Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu
Provinsi Sulawesi Tengah. Universitas Diponegoro. Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar