BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut
Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian kerusakan tanah
untuk produksi bio massa: “Tanah adalah salah satu komponen lahan berupa
lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik
serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.”
Sumber
daya alam utama yaitu tanah dan air mudah mengalami kerusakan atau degradasi.
Tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan,
dan sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan,
Kedua fungsi tersebut dapat menurun atau hilang, hilang atau menurunnya fungsi
tanah ini yang biasa disebut kerusakan tanah atau degradasi tanah.
Hilangnya
fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dapat terus menerus
diperbaharui dengan pemupukan. Tetapi hilangnya fungsi tanah sebagai tempat
berjangkarnya perakaran dan menyimpan air tanah tidak mudah diperbaharui karena
diperlukan waktu yang lama untuk pembentukan tanah. Kerusakan air berupa
hilangnya atau mengeringnya sumber air dan menurunnya kualitas air. Hilang atau
mengeringnya sumber air berkaitan erat dengan erosi, sedangkan menurunnya
kualitas air dapat dikarenakan kandungan sedimen yang bersumber dari erosi atau
kandungan bahanbahan dari limbah industri/pertanian.
B. Perumusan Masalah
Erosi
adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat yang diangkut oleh media alami ketempat lain. Erosi terjadi akibat interaksi kerja antara faktor-faktor
iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia. Pengaruh erosi pada
kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan
partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas
infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh
pada kesuburan kimia tanah adalah kehilangan unsur hara. Erosi dapat
menyebabkan kerusakan tanah dan menimbulkan berbagai hal negatif termasuk kritisnya
tanah. Harkat kemampuan tanah atau kritis tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu
kritis aktual, kritis potensial dan kritis aktual dan potensial. Kompaksi Tanah adalah bentuk degradasi
fisik tanah sebagai akibat dari pemadatan tanah sehingga aktivitas biologi,
porositas dan permeabilitas tanah menurun, kekuatan tanah meningkat dan
struktur tanah hancur perlahan-lahan. faktor-faktor yang menjadikan kritisnya
tanah yaitu masih kurangnya teknologi pengelolaan lahan
kering sehingga sering mengakibatkan makin kritisnya lahan-lahan kering, kekurangan air dan kahat unsur hara
adalah masalah yg paling serius di daerah lahan kering dan berada
pada level kritis karena kurangnya kandungan organik, implikasinya dapat
mengurangi kualitas produk bagi keseimbangan kesehatan serta berkurangnya
kontinyuitas produksi masa depan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengaruh
Erosi terhadap Kesuburan Kimia dan Fisika Tanah
Erosi
adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat yang diangkut oleh media alami ketempat lain. Erosi menyebabkan
hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman
serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang
terangkut tersebut akan diendapkan ditempat lain: didalam sungai, waduk, danau,
saluran irigasi dan sebagainya. Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang
mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh
aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulanhutan, kegiatan
pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang
tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan
tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan
vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan
erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan
dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah (Samrumi, 2009).
Tanah-tanah di
Indonesia tergolong peka terhadap erosi, karena terbentuk dari bahan-bahan yang
relatif mudah lapuk. Erosi yang terjadi akan memperburuk kondisi tanah
tersebut, dan menurunkan produktivitasnya. Tanah akan semakin peka terhadap
erosi, karena curah hujan di Indonesia umumnya tinggi, berkisar dari
1.500-3.000 mm atau lebih setiap tahunnya, dengan intensitas hujannya yang juga
tinggi. Di beberapa daerah Indonesia bagian Timur, hujan terjadi dalam periode
pendek dengan jumlah relatif kecil, namun intensitasnya tinggi, maka bahaya erosi
pada agroekosistem lahan kering besar dan tidak bisa diabaikan. Sehubungan
dengan tingginya jumlah dan intensitas curah hujan, terutama di Indonesia Bagian
Barat. Bahkan di Indonesia Bagian Timur pun yang tergolong daerah beriklim
kering,masih banyak terjadi proses erosi yang cukup tinggi, yaitu di
daerah-daerah yang memiliki hujan dengan intensitas tinggi, walaupun jumlah
hujan tahunan relatif rendah (Samrumi, 2009).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi erosi
Begitu
besarnya bahaya erosi yang pada akhirnya merugikan kehidupan manusia, oleh
karena itu beberapa ahli membagi faktor-faktor yang menjadi penyebab erosi dan
berupaya untuk menanggulanginya. Menurut (Rahim, 2000) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi erosi adalah :
1. Energi,
yang meliputi hujan, air limpasan, angin, kemiringan dan panjang lereng
2. Ketahanan;
erodibilitas tanah (ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah), dan
3. Proteksi,
penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya serta ada atau tidaknya
tindakan konservasi.
Nasiah
(2000) menyatakan bahwa kemampuan mengerosi, agen erosi, kepekaan erosi dari
tanah, kemiringan lereng, dan keadaan alami dari tanaman penutup tanah
merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi tanah.
Arsyad
(1989) menyatakan bahwa erosi adalah akibat interaksi kerja antara
faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia
terhadap tanah sebagai berikut :
E = f ( i.r.v.t.m )
Dimana :
E = Erosi
i = Iklim
v = Vegetasi
m = Manusia
f = fungsi
r = Topografi
t = Tanah
Dimana :
E = Erosi
i = Iklim
v = Vegetasi
m = Manusia
f = fungsi
r = Topografi
t = Tanah
a. Iklim
Iklim
merupakan faktor terpenting dalam masalah erosi sehubungan dengan fungsinya.
Sebagai agen pemecah dan transpor. Faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah
hujan. Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan
dispersi hujan tehadap tanah, jumlah dan kecepatan permukaaan serta besarnya
kerusakan erosi. Angin adalah faktor lain yang menentukan kecepatan jatuh butir
hujan. Angin selain sebagai agen transport dalam erosi di beberapa kawasan juga
bersama-sama dengan temperatur, kelambaban dan penyinaran matahari berpengaruh
terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang
berarti memperbesar kembali kapasitas infiltrasi tanah.
b. Topografi
b. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah
dua faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai.
Kedua faktor tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor
tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian. Unsur lain yang
berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng.
Panjang lereng dihitung mulai dari
titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam
saluran atau sungai, atau dimana kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa
sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah
akan terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti lebih banyak air yang
mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada bagian
atas.
c. Vegetasi
c. Vegetasi
Vegetasi penutup tanah yang baik
seperti rumput yang tebal, atau hutan yang lebat akan menghilangkan pengaruh
hujan dan topografi terhadap erosi yang lebih berperan dalam menurunkan
besarnya erosi adalah tumbuhan bahwa karena ia merupakan stratum vegetasi
terakhir yang akan menentukan besar kecilnya erosi percikan. Pengaruh vegetasi
terhadap aliran permukaan dan erosi dibagi dalam lima bagian, yakni:
1.
Sebagai intersepsi hujan oleh tajuk
tanaman.
2.
Mengurangi kecepatan aliran permukaan
dan kekuatan perusak air.
3.
Pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan
biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetasi dan pengaruhnya terhadap
stabilitas struktur dan porositas tanah.
4.
Transpiransi yang mengakibatkan
kandungan air tanah berkurang sehingga meningkatkan kapasitas infiltrasi.
d.Tanah
Berbagai tipe tanah mempunyai
kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
kepekaan erosi adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi,
permeabilitas menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh butir-butir
hujan yang jatuh dan aliran permukaan. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah,
dan tingkat kesuburan tanah.
e. Manusia
e. Manusia
Manusia dapat mencegah dan
mempercepat terjadinya erosi, tergantung bagaimana manusia mengelolahnya.
Manusialah yang menentukan apakah tanah yang dihasilkannya akan merusak dan
tidak produktif atau menjadi baik dan produktif secara lestari. Banyak faktor
yang menentukan apakah manusia akan mempertahankan dan merawat serta
mengusahakan tanahnya secara bijaksana sehingga menjadi lebih baik dan dapat
memberikan pendapatan yang cukup untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Dampak
erosi dibagi menjadi dampak ditempat asal terjadinya erosi ( on site)dan
dampak pada daerah diluarnya (off site) . Dampak erosi tanah di tapak
(on-site) merupakan dampak yang dapat
terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan
produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi peningkatan
penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya menimbulkan
terjadinya tanah kritis (Samrumi, 2009).
Pengaruh
erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel
tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan,
serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah
menurut Goeswono Soepardi dalam bukunya “Sifat dan Ciri Tanah”´ adalah
kehilangan unsur hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh
dari percobaan di Missouri yaitu N 66kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O
729 kg per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per
hektar per tahun.Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau
top soil (ketebalan 15 - 35cm) memang telah banyak terkikis dan atau
dihanyutkan oleh arus air hujan, sehingga lapisantersebut menjadi tipis atau
bahkan hilang (Samrumi, 2009).
.Dampak
erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangat
besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa
bersama sedimenmenimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam
kehidupan. Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara lain:
1. Pelumpuran dan pendangkalan waduk
2. Tertimbunnya lahan pertanian dan
bangunan
3. Memburuknya kualitas air, dan
4. Kerugian ekosistem perairan
B.
Harkat
Kemampuan Tanah
Dalam membicarakan tentang tanah,
umumnya mencakup relief (bentuk muka tanah) makro atau mikro. Relief merupakan
salah satu faktor yang mengendalikan proses-proses pembentukan tanah tetapi
kita harus ingat pula bahwa pada pihak yang lain relief atau bentuk muka tanah
adalah merupakan salah satu gejala perkembangan tanah karena pengaruh kegiatan
lingkungan fisik atau hayati (teras sungai, parit erosi, kipas alluvial, bukit
anai-anai, dsb) (Hardjowigeno, 2003).
Harkat kemampuan tanah makro
lazimnya dihubungkan dengan kelemahan/kerentanan tanah terhadap erosi atau
longsor dan aliran air permukaan. Harkat kemampuan bentuk muka tanah makro ini
lazim pula dihubungkan dengan pengaruhnya terhadap tanah yang ada dibawahnya,
apakah membahayakan dan sampai seberapa bahayanya itu. Dalam hal ini misalnya
mendorong atau menjadi penyebab aliran air permukaan yang berlebihan (banjir)
atau penyebab longsor tanah yang menimbun tanah-tanah datar yang ada
dibawahnya. Bentuk tanah permukaan bagaikan parit-parit erosi yang rapat
berpengaruh pula pada harkat kemampuan tanah (kritisnya tanah) cukup besar
karena dapat mendorong lekas terangkutnya tanah permukaan dan menimbulkan
lapisan tanah bawahnya yang keadaannya memang kurang subur, kemampuannya jadi
menurun (Hardjowigeno, 2003).
Menurut
Hardjowigeno
(2003) faktor dan sumber kritisnya tanah adalah :
a.
Sumber endogen, sumber yang terdapat
dalam tanah itu sendiri seperti halnya dengan cadangan mineral
b.
Sumber eksogen, sumber yang terdapat
diluar tubuh tanah, yang umunya/kebanyakan berkedudukan dalam iklim
c.
Sumber antropogen, yaitu manusia
yang selalu mempercepat terjadinya kritis tersebut.
Kritis aktual, kritis potensial
Menurut
Hardjowigeno
(2003) tanah kritis dapat digolongkan menjadi :
a.
Tanah kritis aktual, karena batas-batas keberlangsungannya serta
teknologi untuk mengatasi/menanggulanginya telah diketahui. Secara relatif
mudah dikoreksi dan setelah berhasil diatasi, kemampuannya dapat memenuhi
harapan.
b.
Tanah kritis potensial, harkat kritisnya dapat diperkirakan, tetapi
teknologi penanggulangan yang mantap belum diketahui. Sambil menunggu
diperolehnya teknologi ini dengan cara-cara yang masih dipertimbangkan
pengelolaan terhadap tanah ini terus juga dilakukan dengan harapan memberikan
hasil yang lumayan.
c.
Tanah kritis aktual dan potensial, kemampuan tanah ini sangat rendah,
dengan usaha-usaha untuk mengoreksi dan memperbaikinya. Pada kritis yang aktual
kemampuan tanah dapat dipulihkan walaupun hanya pada taraf sedang.
Contoh : Dipulau Kalimantan dan Sumatera terdapat
tanah-tanah yang masih tertutup hutan lebat. Tanah tersebut berkembang dari
bahan induk tanah berupa endapan tanah pekat sampai tanah pekat liat berkuarsa.
Jika tanah tersebut dibuka (untuk kepentingan transmigrasi) sejak pembukaannya
memang mempunyai kemampuan aktual yang dapat dikatakan lumayan, dan jika
dikelola secara baik serta penuh kecermatan kemampuannya dapat ditingkatkan
sampai mencapai harkat sedang dan cukup baik. Tanpa pengelolaan yang baik dan
cermat kemampuannya akan berubah menjadi buruk (rendah), karena tanah ini
mempunyai sifat kritis potensial yang terbentuk oleh vegetasi hutan lebat
mengalami kerusakan.
C. Kerusakan Tanah
Sumber daya alam utama yaitu tanah
dan air mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Tanah mempunyai dua fungsi
utama yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan, dan sebagai matriks tempat
akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan. Kedua fungsi tersebut dapat
menurun atau hilang, hilang atau menurunnya fungsi tanah ini yang biasa disebut
kerusakan tanah atau degradasi tanah. Hilangnya fungsi tanah sebagai sumber
unsur hara bagi tumbuhan dapat terus menerus diperbaharui dengan pemupukan.
Tetapi hilangnya fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya perakaran dan
menyimpan air tanah tidak mudah diperbaharui karena diperlukan waktu yang lama
untuk pembentukan tanah (Arsyad, 1989).
Kerusakan air berupa hilangnya atau mengeringnya sumber air
dan menurunnya kualitas air. Hilang atau mengeringnya sumber air berkaitan erat
dengan erosi, sedangkan menurunnya kualitas air dapat dikarenakan kandungan
sedimen yang bersumber dari erosi atau kandungan bahanbahan dari limbah
industri/pertanian. Dengan demikian kedua sumber daya tersebut (tanah dan air)
harus dijaga kelestarian fungsinya dengan upaya-upaya konservasi tanah dan air.
Konservasi tanah dapat diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada
cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan (Arsyad, 1989).
1.Penyebab Kerusakan Tanah
Menurut Arsyad (1989) kerusakan
tanah dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
a. Perusakan hutan
Akibat dari
hutan yang rusak dapat mengurangi daya serap tanah dan mengurangi kemampuannya dalam
menampung dan menahan air, sehingga tanah mudah tererosi.
b.Proses
kimiawi air hujan
Air hujan
merupakan faktor utama terjadinya kerusakan tanah melalui proses perubahan
kimiawi dan sebagian lagi karena proses mekanis.
c. Proses mekanis air hujan
Air hujan yang
turun sangat deras dapat mengikis dan menggores tanah di permukaannya sehingga
bisa terbentuk selokan. Pada daerah yang tidak bervegetasi, hujan lebat dapat
menghanyutkan tanah berkubik-kubik. Air hujan dapat pula menghanyutkan lumpur
sehingga terjadi banjir lumpur.
d. Tanah longsor
Tanah longsor
adalah turunnya atau ambruknya tanah dan bebatuan ke bawah bukit. Hujan
mempercepat longsornya tanah karena tanah menjadi longgar dan berat.
Pelongsoran hanya terjadi pada lapisan luar yang terlepas dari permukaan tanah.
Pergerakan
tanah dapat disebabkan oleh air hujan, misalnya tanah labil yang ada di
pinggir-pinggir sungai apabila tertimpa hujan lebat akan lepas dan jatuh ke
sungai.
f. Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah
perakaran.
g. Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi).
h. Penjenuhan tanah oleh air (waterlogging) dan erosi.
2.
Dampak Kerusakan Tanah terhadap Kehidupan
Menurut Arsyad (1989) kerusakan tanah yang utama adalah
akibat erosi. Erosi tidak hanya menyebabkan kerusakan tanah di tempat erosi,
tetapi juga kerusakan-kerusakan di tempat lain yaitu :
a.
Kerusakan di tempat terjadinya erosi
Kerusakan tanah di tempat terjadinya
erosi terutama akibat hilangnya sebagian tanah dari tempat tersebut karena
erosi. Hilangnya sebagian tanah ini mengakibatkan hal-hal berikut:
1.
|
penurunan produktifitas tanah;
|
2.
|
kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman;
|
3.
|
kualitas tanaman menurun;
|
4.
|
laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang;
|
5.
|
struktur tanah menjadi rusak;
|
6.
|
lebih banyak tenaga diperlukan untuk mengolah tanah;
|
7.
|
erosi gully dan tebing (longsor) menyebabkan lahan terbagi-bagi
dan mengurangi luas lahan yang dapat ditanami; dan
|
8.
|
pendapatan petani berkurang.
|
b. Kerusakan di tempat penerima hasil erosi
Erosi dapat juga menyebabkan
kerusakan-kerusakan di tempat penerima hasil erosi. Erosi memindahkan tanah
berikut senyawa-senyawa kimia yang ada di dalamnya seperti unsur-unsur hara
tanaman (N,Phospor,
bahan organik dan sebagainya) atau sisa-sisa pestisida dan herbisida (DDT,
Endrin dan lain-lain).
c.
Proses mekanis air hujan
Air hujan yang turun sangat deras dapat mengikis dan
menggores tanah di permukaannya sehingga bisa terbentuk selokan. Pada daerah
yang tidak bervegetasi, hujan lebat dapat menghanyutkan tanah berkubik-kubik.
Air hujan dapat pula menghanyutkan lumpur sehingga terjadi banjir lumpur.
Pengendapan bahan-bahan tanah berikut senyawa-senyawa kimia
yang dikandungnya dapat dikatakan sebagai polusi (pencemaran) di tempat
tersebut. Pencemaran yang disebabkan oleh bahan-bahan padat tanah disebut
“polusi sedimen”, sedangkan pencemaran oleh senyawa-senyawa kimia yang ada di
dalam tanah disebut “polusi kimia”. Polusi kimia dari tanah dapat dibedakan
menjadi polusi kimia dari unsur hara (pupuk) dan polusi kimia dari
pestisida/herbisida.
Polusi sedimen: adalah pengendapan bahan tanah yang tererosi
ke tempat lain. Pengendapan ini dapat menyebabkan:
-
|
Pendangkalan sungai sehingga kapasitas sungai menurun.
Akibatnya menambah terjadinya banjir, apalagi kalau banyak air mengalir
sebagai aliran permukaan (run off) karena hilangnya vegetasi di daerah hulu.
|
-
|
Tanah-tanah yang subur kadang-kadang menjadi rusak karena
tertimbun oleh tanah-tanah kurus atau batu-batuan, pasir, kerikil dari tempat
lain.
|
-
|
Apabila digunakan untuk air minum, air yang kotor itu
perlu lebih banyak biaya untuk membersihkannya.
|
-
|
Karena air yang keruh, maka mengurangi fotosintesis dari
tanaman air (karena sinar matahari sulit menembus air).
|
-
|
Perubahan-perubahan dalam jumlah bahan yang diangkut
mempengaruhi keseimbangan sungai tersebut. Apabila terjadi pengendapan di
suatu dam, maka air yang telah kehilangan sebagian dari bahan yang
diangkutnya tersebut akan mencari keseimbangan baru dengan mengikis dasar
saluran atau pondasi dari dam tersebut sehingga menyebabkan kerusakan.
|
-
|
Kadang-kadang polusi sedimen dapat memberi pengaruh baik
yaitu bila terjadi pengendapan tanah-tanah subur, misalnya tanah-tanah
aluvial di sekitar sungai.
|
Polusi kimia dari pupuk. Polusi kimia dari pupuk merupakan
polusi unsur-unsur hara tanaman. Tanah-tanah yang dipindahkan oleh erosi pada
umumnya mengandung unsur hara lebih tinggi daripada tanah yang ditinggalkannya.
Hal ini disebabkan lapisan tanah yang tererosi umumnya adalah lapisan atas yang
subur.
Polusi kimia oleh bahan-bahan pestisida. Pestisida dapat
digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu pestisida yang mudah larut
(hancur) dan pestisida yang sukar hancur. Golongan yang sukar hancur (larut)
merupakan polusi pestisida yang utama. Disamping sukar larut jenis pestisida
ini diserap oleh butir-butir tanah halus seperti halnya unsur P sehingga lebih
banyak terangkut ke tempat lain bersama tanah-tanah yang tererosi. Seperti
halnya unsur hara, polusi pestisida banyak menimbulkan masalah pada persediaan
air, terutama mengganggu pada bidang kesehatan.
Ada hal yang perlu diketahui yaitu terjadinya proses biomagnification
melalui siklus rantai makanan untuk beberapa jenis pestisida terutama yang
dapat diserap dengan kuat dalam jaringan tubuh seperti DDT. Dengan proses ini
pestisida yang mula-mula berkonsentrasi sangat kecil yang tidak membahayakan
lalu semakin banyak dan menjadi fatal (dapat menyebabkan kematian).
Pencegahan terjadinya polusi pestisida dapat dilakukan
dengan membatasi penggunaan pestisida yang banyak menimbulkan residu seperti
DDT, Aldrin, Dieldrin, dan sebagainya. Pencegahan yang paling baik sudah barang
tentu mencegah terjadinya erosi dari sumbernya. Dengan cara ini maka pestisida
dan unsur hara yang terikat dalam butir-butir tanah (DDT, Aldrin, Dieldrin)
dapat dicegah untuk tidak menjadi sumber polusi. Unsur hara dan pestisida yang
mudah larut masih dapat mengalir ke tempat lain bersama air run off dan
infiltrasi, tetapi sumber polusi jenis ini tidak terlalu begitu membahayakan.
3.
Erosivitas Dan Bentuk-bentuk Erosi.
Erosivitas
adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan dan kemudian dipindahkan ketempat
lain oleh kekuatan air, angin dan gravitasi. Di daerah tropis, seperti di
negara kita mempunyai curah hujan tinggi sehingga erosi yang disebabkan oleh
angin tidak begitu banyak terjadi. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas
tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya
kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut
akan diendapkan di tempat lain: didalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi
dan sebagainya (Arsyad, 1989)..
Berbicara tentang erosi, maka tidak lepas dari aliran
permukaan. Dengan adanya aliran air di atas permukaan tanah, tanah dapat
terkikis dan selanjutnya diangkut ke tempat yang lebih rendah. Dengan demikian
terjadilah perpindahan lapisan tanah; mineral-mineral dan bahan organik yang
terdapat pada permukaan tanah (Sjahrullah, 1987).
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau
bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh media alami ketempat
lain. Ada dua macam erosi, yaitu erosi normal dan erosi dipercepat. Erosi
normal juga disebut erosi geologi atau erosi alami merupakan proses-proses
pengangkutan tanah yang terjadi dibawah keadaan vegetasi alami. Biasanya
terjadi dengan laju yang lambat yang memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal
yang mampu mendukung pertumbuhan vegetasi secara normal. Erosi dipercepat
adalah pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai akibat
perbuatan manusia yang mengganggu keseimbangan antara proses pembentukan dan
pengangkutan tanah (Arsyad, 1989).
Menurut Arsyad (1989) erosi dipercepat dapat menimbulkan
berbagai masalah antara lain sebagai berikut :
a.Merosotnya peroduktivitas tanah
pada lahan yang tererosi, yang disertai dengan merosotnya daya dukung serta
kualitas lingkungan hidup.
b.Sungai, waduk, dan saluran
irigasi/drainase di daerah hilir menjadi dangkal, sehingga daya guna dan basil
guna berkurang.
c.Secara tidak langsung
mengakibatkan terjadinya banjir yang kronis pada setiap musim penghijauan dan
kekeringan pada musim kemarau.
d.Dapat menghilangkan fungsi
hidrologi tanah.
Menurut Arsyad (1989) menurut bentuknya, erosi dibedakan
dalam : erosi percik, erosi lembar, erosi alur, erosi parit, erosi tebing
sungai, erosi internal dan tanah longsor.
1)Erosi Percik (Splash erosion)
adalah proses terkelupasnya patikel-partikel tanah bagian atas oleh tenaga
kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos. Arah dan jarak terkelupasnya
partikel-partikel tanah ditentukan oleh kemiringan lereng, kecepatan dan arah
angin, keadaan kekasaran permukaan tanah, dan penutupan tanah.
2)Erosi Lembar (Sheet erosion)
adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di daerah
berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian (runoff).
3)Erosi Alur (Rill erosion) adalah
pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh
aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Alur-alur
yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah.
4)Erosi Parit (Gully erosion)
proses terjadinya sama dengan erosi alur, tetapi saluran yang terbentuk sudah
sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah
biasa.
5)Erosi Tebing Sungai (Streambank
erosion) adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai dan pengerusan
dasar sungai oleh aliran air sungai. Erosi tebing akan lebih hebat jika
vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan pengolahan tanah
terlalu dekat tebing.
6)Erosi Internal (Internal or
subsurface erosion) adalah terangkutnya butir-butir primer kebawah ke dalam
celah-celah atau pori-pori tanah sehingga tanah menjadi kedap air dan udara.
Erosi internal menyebabkan menurunnya kapasitas infiltrasi tanah dengan cepat
sehingga aliran permukaan meningkat yang menyebabkan terjadinya erosi lembar atau
erosi alur.
7)Tanah Longsor (Landslide)
adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi
pada suatu saat dalam volume yang besar.
4.Industri
Dan Pencemaran Lingkungan.
Jika kita ingin menyelamatkan lingkungan hidup, maka perlu
adanya itikad yang kuat dan kesamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai usaha secar
sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar
kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya (Arsyad, 1989).
Memang manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi
terhadap lingkungannya , secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia dapat
menggunakan air yang tercemar dengan rekayasa teknologi (daur ulang) berupa salinisasi,
bahkan produknya dapat menjadi komoditas ekonomi. Tetapi untuk mendapatkan mutu
lingkungan hidup yang baik, agar dapat dimanfaatkan secara optimal maka manusia
diharuskan untuk mampu memperkecil resiko kerusakan lingkungan (Arsyad, 1989).
5.Dampak
Industri dan Teknologi terhadap Lingkungan.
Dari berbagai tantangan yang dihadapi dari perjalanan
sejarah umat manusia, kiranya dapat ditarik selalu benang merah yang dapat
digunakan sebagai pegangan mengapa manusia “survival” yaitu oleh karena teknologi.
Teknologi memberikan kemajuan bagi
industri baja, industri kapal laut, kereta api, industri mobil, yang memperkaya
peradaban manusia.. Teknologi juga mampu menghasilkan sulfur dioksida, karbon
dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lain yang mengancam kelangsungan hidup
manusia akibat memanasnya bumi akibat efek “rumah kaca” (Samrumi, 2009).
Teknologi yang diandalkan sebagai istrumen utama dalam
“revolusi hijau” mampu meningkatkan hasil pertanian,- karena adanya bibit
unggul, bermacam jenis pupuk yang bersifat suplemen, pestisida dan insektisida.
Dibalik itu, teknologi yang sama juga menghasilkan berbagai jenis racun yang
berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, bahkan akibat rutinnya digunakan
berbagi jenis pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat daya tahan hama
tananam misalnya wereng dan kutu loncat. Teknologi juga memberi rasa aman dan
kenyamanan bagi manusia akibat mampu menyediakan berbagai kebutuhan seperti
tabung gas kebakaran, alat-alat pendingin (Iemari es dan AC), berbagai jenis
aroma parfum dalam kemasan yang menawan, atau abat anti nyamuk yang praktis
untuk disemprotkan, dan sebagainya. Serangkai dengan proses tersebut, ternyata
CFC (chlorofluorocarbon) dan tetrafluoroethylene polymer yang digunakan justru
memiliki kontribusi bagi menipisnya lapisan ozone di stratosfer (Samrumi, 2009).
D. Aerobio dan Kompaksi Tanah
Kompaksi Tanah adalah bentuk degradasi
fisik tanah sebagai akibat dari pemadatan tanah sehingga aktivitas biologi,
porositas dan permeabilitas tanah menurun, kekuatan tanah meningkat dan
struktur tanah hancur perlahan-lahan. Proses pemadatan dapat dimulai dengan
roda traktor/alat berat atau dengan berlalunya hewan. Beberapa tanah secara
alami padat, tersementasi atau memiliki lapisan tanah yang tipis di atas batuan
induk. Tanah bervariasi mulai dari yang cukup kuat untuk menahan beban namun
ada juga yang akan mengalami kompaksi walaupun dikenai beban yang ringan
(Nasiah, 2000).
Pada lahan pertanian yang dibajak tahunan,
baik lapisan atas tanah dan lapisan bawahnya bisa mengalami kompaksi tanah.
Tanah yang dipadatkana akan membentuk pan atau padas yang disebabkan ban
traktor selama membajak (di atas). Lapisan padas sulit ditembus akar, air dan
oksigen sehingga merupakan hambatan untuk fungsi subsoil tanah tersebut. Tidak
seperti tanah lapisan atas, tanah dibawahnya tidak mengembang kembali setiap
tahun, pemadatan menjadi kumulatif dan dari waktu ke waktu sehingga lapisan
padat terbentuk. Penggunaan traktor berat selama membajak dan pemanenan
merupakan penyebab utama pemadatan tanah (Nasiah, 2000).
Tanah memiliki ruang besar yang disebut
pori makro yang dibuat oleh akar tanaman, aktivitas biota dan pengempisan tanah
yang disebabkan oleh pengeringan tanah basah. Pori makro ini biasanya terus
menerus dan membentuk “jalan raya” untuk udara dan air untuk perjalanan jauh ke
dalam tanah. Jadi, pori makro tanah menentukan sifat fisik tanah dan kualitas
biologi tanah. Pori makro adalah yang paling rentan mengalami pemadatan tanah
(Nasiah, 2000).
Hilangnya pori makro dan kesinambungan pori-pori
sangat mengurangi kemampuan tanah untuk mengalirkan air dan udara. Kapasitas
infiltrasi berkurang sehingga meningkatkan run-off, yang akhirnya menyebabkan
erosi, banjir, transportasi nutrisi, dan bahan kimia pertanian ke
badan air. Aerasi tanah yang buruk mengurangi pertumbuhan tanaman dan
menyebabkan hilangnya nitrogen tanah dan meningkatkan produksi gas rumah kaca
melalui denitrifikasi di daerah anaerob. Deformasi agregat tanah dan berat
jenis tanah yang lebih tinggi akan meningkatkan kekuatan tanah. Hal ini
membatasi pertumbuhan akar yang dapat mengakibatkan kerentanan tanaman terhadap
penyakit. Pemadatan tanah adalah suatu bentuk tersembunyi dari degradasi tanah
yang dapat mempengaruhi semua daerah pertanian dan hasil panen menurun secara
bertahap dan secara bertahap meningkatkan masalah tentang genangan air. Dampak
dari pemadatan tanah akan sangat menonjol dalam tahun dengan periode kering
atau basah yang ekstrim. Suatu sumber menyebutkan bahwa kompaksi tanah
menyebabkan penurunan hasil tanaman yang mencapai 35% (Nasiah, 2000).
E. Faktor-Faktor yang Menjadikan
Kritisnya Tanah
Menurut Anonim (2011) faktor-faktor yang menjadikan
kritisnya tanah yaitu :
·
Masih kurangnya teknologi pengelolaan lahan
kering sehingga sering mengakibatkan makin kritisnya lahan-lahan kering.
·
Kekurangan air dan kahat unsur hara adalah
masalah yg paling serius di daerah
lahan kering.
·
Berada pada level kritis
karena kurangnya kandungan organik.Implikasinya dapat mengurangi kualitas
produk bagi keseimbangan kesehatan serta berkurangnya kontinyuitas
produksi masa depan.
“Ibarat manusia
kalau terus-menerus diberi satu jenis makanan ya,, lama-lama bosan dan sakit,
begitu juga pada tanah.Karena mesikipun mikro sekalipun tetapi jika itu
vitamin, harus diimbangi,"
Kritisnya Tanah Kering
Tanah-tanah di daerah lahan kering sangat rentan terhadap erosi.
Daerah lahan kering biasanya mempunyai curah hujan yang rendah dan intensitas
yang rendah pula, dengan kondisi seperti itu menyebabkan susahnya
tanaman-tanaman tumbuh dan berkembang, padahal tanaman merupakan media
penghambat agar butiran hujan tidak berbentur langsung dengan tanah. Benturan
seperti inilah yang menyebabkan tanah mudah terurai sehingga gampang dibawa
oleh aliran air permukaan dan akhirnya terjadi erosi. Pemanfaatan vegetasi pada
system konservasi tanah dan air selain sebagai penghambat benturan juga berguna
sebagai penghambat aliran permukaan, memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan
kadar air tanah (Anonim,
2011).
Potensi lahan kering yaitu keadaan lahan yang sangat luas. Akan tetapi lahan-lahan kering tersebut tidak begitu menghasilkan dan berguna
bagi masyarakat yang tinggal di sekitar area lahan kering. Hal ini disebabkan
oleh masih kurangnya teknologi pengelolaan lahan kering sehingga sering mengakibatkan
makin kritisnya lahan-lahan kering. Erosi, kekurangan air dan kahat unsur hara
adalah masalah yang paling serius di daerah lahan kering. Paket-paket
teknologi untuk mananggulangi masalah-masalah tersebut banyak, akan tetapi kurang optimal di manfaatkan
karena tidak begitu signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan petani daerah
lahan kering. Memang perlu kesabaran dalam pengelolaan daerah lahan kering,
karena meningkatkan produktivitas lahan di daerah lahan kering yang kondisi
lahannya sebagian besar kritis dan potensial kritis tidaklah mudah
(Anonim, 2011).
Konservasi Tanah adalah penempatan setiap bidang tanah
pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah (Anonim, 2011).
Tanah-tanah di daerah lahan kering sangat rentan terhadap erosi.
Daerah lahan kering biasanya mempunyai curah hujan yang rendah dan intensitas
yang rendah pula, dengan kondisi seperti itu menyebabkan susahnya tanaman-tanaman tumbuh dan berkembang, padahal tanaman merupakan media
penghambat agar butiran hujan tidak berbentur langsung dengan tanah. Benturan
seperti inilah yang menyebabkan tanah mudah terurai sehingga gampang dibawa
oleh aliran air permukaan dan akhirnya terjadi erosi. Pemanfaatan vegetasi pada
system konservasi tanah dan air selain sebagai penghambat benturan juga berguna
sebagai penghambat aliran permukaan, memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan
kadar air tanah (Anonim,
2011).
Perilaku pupuk (kimia) minded
yang diterapkan masyarakat memicu kehawatiran makin kritisnya lahan
pertanian. Sebaliknya minimnya pemakaian pupuk organik dimasa depan dapat
berimplikasi berkurangya kesuburan tanah serta tingginya potensi gagal panen (Anonim,
2011).
Konservasi tanah dan air merupakan cara
konvensional yang cukup mampu menanggulangi masalah diatas. Dengan menerapkan
sisitem konservasi tanah dan air diharapkan bisa menanggulangi erosi,
menyediakan air dan meningkatkan kandungan hara dalam tanah serta menjadikan
lahan tidak kritis lagi. Ada 3 metode dalam dalam melakukan konservasi tanah
dan air yaitu metode fisik dengan pegolahan tanahnya, metode vegetatif dengan
memanfaatkan vegetasi dan tanaman untuk mengurangi erosi dan penyediaan air
serta metode kimia yaitu memanfaatkan bahan2 kimia untuk mengaawetkan tanah (Anonim, 2011).
Konservasi Tanah adalah penempatan setiap
bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut
dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah. Sedangkan konservasi Air menurut Deptan (2006) adalah
upaya penyimpanan air secara maksimal pada musim penghujan dan pemanfaatannya
secara efisien pada musim kemarau. Konservasi tanah dan konservasi air selalu berjalan
beriringan dimana saat melakukan tindakan konservasi tanah juga di lakukan
tindakan konservasi air. Dengan dilakukan konservasi tanah dan air di lahan
kering diharapkan mampu mengurangi laju erosi dan menyediakan air sepanjang
tahun yang akhirnya mampu meningkatkan produktivitasnya. Tanah2 di daerah lahan kering sangat rentan terhadap erosi. Daerah
lahan kering biasanya mempunyai curah hujan yg rendah dan intensitas yg rendah
pula, dengan kondisi seperti itu menyebabkan susahnya tanaman2 tumbuh dan berkembang,
padahal tanaman merupakan media penghambat agar butiran hujan tidak berbentur
langsung dengan tanah. Benturan seperti inilah yg menyebabkan tanah mudah
terurai sehingga gampang di bawa oleh aliran air permukaan dan akhirnya terjadi
erosi. Pemanfaatan vegetasi pada system konservasi tanah dan air selain sebagai
penghambat benturan juga berguna sebagai penghambat aliran permukaan,
memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan kadar air tanah (Anonim, 2011).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
ü Erosi adalah hilangnya atau
terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh
media alami ketempat lain
ü Erosi terjadi akibat interaksi kerja
antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia
ü Pengaruh erosi pada kesuburan fisik
tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah,
perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta
perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah adalah
kehilangan unsur hara
ü Harkat kemampuan tanah atau kritis
tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu kritis aktual, kritis potensial dan
kritis aktual dan potensial
ü faktor-faktor
yang menjadikan kritisnya tanah yaitu masih kurangnya teknologi pengelolaan lahan kering sehingga
sering mengakibatkan makin kritisnya lahan-lahan kering, kekurangan air dan kahat unsur hara
Saran
Sebaiknya dalam pengelolaan lahan, kita harus
lebih bijak menggunakan air dan tanah. Sebab jika kedua sumber daya alam itu
mengalami kerusakan kita sebagai manusia akan mengalami kesulitan untuk
mendapatkan lahan yang baik untuk ditanami tumbuhan yang dibutuhkan untuk
mempertahankan kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Kompaksi Tanah. http://library.usu.ac.id/download/fisip/sosiologi-henry.pdf. (Diakses 3 Mei 2011)
Arsyad, S. 1989. Konservasi
Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hardjowigeno. 2003. Ilmu
Tanah. Akademi Pressindo, Jakarta.
Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk Prioritas.
UGM. Yogyakarta.
Rahim, S. E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka
Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara, Jakarta.
Samrumi. 2009. Pengertian dan Bentuk-bentuk Erosi. http://samrumi.blogspot. com/2009/01/
pengertian-dan-bentuk-bentuk-erosi.html.
(Diakses 3 Mei 2011)
Oleh :
Windawati. Alwi
I 21110005
Jus Rini I21110251
Faridah I21110003
Mega Johan I21110902
Yunus Darto Susilo I21110276
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
Puji syukur kami panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Ibu dosen yang berjudul “Konservasi Air dan Tanah”
dengan tepat waktu .
Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada ibu dosen dan pihak-pihak lain yang membantu kami dalam proses
penyelesaian tugas makalah ini .
Semoga
dengan adanya tugas makalah ini kami akan lebih mengerti tentang konservasi tanah
dan air dalam bidang Ilmu Tanah .
Kami sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan , olehnya itu kami mohon bimbingan Ibu dosen dan semua
pihak demi kesempurnaan makalah berikutnya .
Akhirnya
, semoga segala bimbingan , dukungan , bantuan , dan partisifasinya mendapat
balasan dari Allah SWT . Amien.
Makassar, 3 April 2011
Kelompok
I
Pada
konservasi tanah dan air, faktor utama yang sering membuat kerusakan tanah
adalah erosi. Erosi terjadi akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim,
topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia. Dampak negatif yang
disebabkan oleh erosi yaitu terjadinya kerusakan tanah yang dapat menyebabkan
berbagai macam akibat seperti kritis tanah, penurunan proktifitas tanah,
kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman dan berbagai macam lagi dampak
negatif.
Dalam makalah ini akan dijelaskan
pengaruh erosi terhadap kesuburan kimia dan fisika tanah, harkat kemampuan
tanah serta kritis aktual dan potensial, kerusakan tanah, erosivitas, aerobio
dan kompaksi tanah serta faktor yang mempengaruhi kritisnya tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar