Jumat, 14 September 2012

MAKALAH EROSI


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian kerusakan tanah untuk produksi bio massa: “Tanah adalah salah satu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.”
Sumber daya alam utama yaitu tanah dan air mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan, dan sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan, Kedua fungsi tersebut dapat menurun atau hilang, hilang atau menurunnya fungsi tanah ini yang biasa disebut kerusakan tanah atau degradasi tanah.
Hilangnya fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dapat terus menerus diperbaharui dengan pemupukan. Tetapi hilangnya fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya perakaran dan menyimpan air tanah tidak mudah diperbaharui karena diperlukan waktu yang lama untuk pembentukan tanah. Kerusakan air berupa hilangnya atau mengeringnya sumber air dan menurunnya kualitas air. Hilang atau mengeringnya sumber air berkaitan erat dengan erosi, sedangkan menurunnya kualitas air dapat dikarenakan kandungan sedimen yang bersumber dari erosi atau kandungan bahanbahan dari limbah industri/pertanian.
B. Perumusan Masalah
            Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh media alami ketempat lain.         Erosi terjadi akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia. Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah adalah kehilangan unsur hara. Erosi dapat menyebabkan kerusakan tanah dan menimbulkan berbagai hal negatif termasuk kritisnya tanah. Harkat kemampuan tanah atau kritis tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu kritis aktual, kritis potensial dan kritis aktual dan potensial. Kompaksi Tanah adalah bentuk degradasi fisik tanah sebagai akibat dari pemadatan tanah sehingga aktivitas biologi, porositas dan permeabilitas tanah menurun, kekuatan tanah meningkat dan struktur tanah hancur perlahan-lahan. faktor-faktor yang menjadikan kritisnya tanah yaitu masih kurangnya teknologi pengelolaan lahan kering sehingga sering mengakibatkan makin kritisnya lahan-lahan  kering, kekurangan air dan kahat unsur hara adalah masalah yg paling serius di daerah lahan kering dan berada pada level kritis  karena kurangnya kandungan organik, implikasinya dapat mengurangi kualitas produk bagi keseimbangan kesehatan serta berkurangnya  kontinyuitas produksi masa depan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengaruh Erosi terhadap Kesuburan Kimia dan Fisika Tanah
            Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh media alami ketempat lain. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan diendapkan ditempat lain: didalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi dan sebagainya. Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulanhutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah (Samrumi, 2009).
                Tanah-tanah di Indonesia tergolong peka terhadap erosi, karena terbentuk dari bahan-bahan yang relatif mudah lapuk. Erosi yang terjadi akan memperburuk kondisi tanah tersebut, dan menurunkan produktivitasnya. Tanah akan semakin peka terhadap erosi, karena curah hujan di Indonesia umumnya tinggi, berkisar dari 1.500-3.000 mm atau lebih setiap tahunnya, dengan intensitas hujannya yang juga tinggi. Di beberapa daerah Indonesia bagian Timur, hujan terjadi dalam periode pendek dengan jumlah relatif kecil, namun intensitasnya tinggi, maka bahaya erosi pada agroekosistem lahan kering besar dan tidak bisa diabaikan. Sehubungan dengan tingginya jumlah dan intensitas curah hujan, terutama di Indonesia Bagian Barat. Bahkan di Indonesia Bagian Timur pun yang tergolong daerah beriklim kering,masih banyak terjadi proses erosi yang cukup tinggi, yaitu di daerah-daerah yang memiliki hujan dengan intensitas tinggi, walaupun jumlah hujan tahunan relatif rendah (Samrumi, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi
            Begitu besarnya bahaya erosi yang pada akhirnya merugikan kehidupan manusia, oleh karena itu beberapa ahli membagi faktor-faktor yang menjadi penyebab erosi dan berupaya untuk menanggulanginya. Menurut (Rahim, 2000) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi erosi adalah :
1.    Energi, yang meliputi hujan, air limpasan, angin, kemiringan dan panjang lereng
2.    Ketahanan; erodibilitas tanah (ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah), dan
3.    Proteksi, penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya serta ada atau tidaknya tindakan konservasi.
            Nasiah (2000) menyatakan bahwa kemampuan mengerosi, agen erosi, kepekaan erosi dari tanah, kemiringan lereng, dan keadaan alami dari tanaman penutup tanah merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi tanah.
            Arsyad (1989) menyatakan bahwa erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia terhadap tanah sebagai berikut :         
E = f ( i.r.v.t.m )
Dimana :

E = Erosi
i = Iklim
v = Vegetasi
m = Manusia
f = fungsi
r = Topografi
t = Tanah

a. Iklim
            Iklim merupakan faktor terpenting dalam masalah erosi sehubungan dengan fungsinya. Sebagai agen pemecah dan transpor. Faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah hujan. Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan tehadap tanah, jumlah dan kecepatan permukaaan serta besarnya kerusakan erosi. Angin adalah faktor lain yang menentukan kecepatan jatuh butir hujan. Angin selain sebagai agen transport dalam erosi di beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur, kelambaban dan penyinaran matahari berpengaruh terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar kembali kapasitas infiltrasi tanah.      
b. Topografi
            Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian. Unsur lain yang berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng.
            Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dimana kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada bagian atas.        
c. Vegetasi
            Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal, atau hutan yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi yang lebih berperan dalam menurunkan besarnya erosi adalah tumbuhan bahwa karena ia merupakan stratum vegetasi terakhir yang akan menentukan besar kecilnya erosi percikan. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dibagi dalam lima bagian, yakni:
1.    Sebagai intersepsi hujan oleh tajuk tanaman.
2.    Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air.
3.    Pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetasi dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah.
4.    Transpiransi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang sehingga meningkatkan kapasitas infiltrasi.                                                 
d.Tanah
            Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah.     
e. Manusia
            Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi, tergantung bagaimana manusia mengelolahnya. Manusialah yang menentukan apakah tanah yang dihasilkannya akan merusak dan tidak produktif atau menjadi baik dan produktif secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan mempertahankan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana sehingga menjadi lebih baik dan dapat memberikan pendapatan yang cukup untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
           
Dampak erosi dibagi menjadi dampak ditempat asal terjadinya erosi ( on site)dan dampak pada daerah diluarnya (off site) . Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat  terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya menimbulkan terjadinya tanah kritis (Samrumi, 2009).
Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah menurut Goeswono Soepardi dalam bukunya “Sifat dan Ciri Tanah”´ adalah kehilangan unsur hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di Missouri yaitu N 66kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O 729 kg per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per tahun.Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil (ketebalan 15 - 35cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh arus air hujan, sehingga lapisantersebut menjadi tipis atau bahkan hilang (Samrumi, 2009).
.Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangat besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama sedimenmenimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan. Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara lain:
1. Pelumpuran dan pendangkalan waduk
2. Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
3. Memburuknya kualitas air, dan
4. Kerugian ekosistem perairan

B.   Harkat Kemampuan Tanah
Dalam membicarakan tentang tanah, umumnya mencakup relief (bentuk muka tanah) makro atau mikro. Relief merupakan salah satu faktor yang mengendalikan proses-proses pembentukan tanah tetapi kita harus ingat pula bahwa pada pihak yang lain relief atau bentuk muka tanah adalah merupakan salah satu gejala perkembangan tanah karena pengaruh kegiatan lingkungan fisik atau hayati (teras sungai, parit erosi, kipas alluvial, bukit anai-anai, dsb) (Hardjowigeno, 2003).
Harkat kemampuan tanah makro lazimnya dihubungkan dengan kelemahan/kerentanan tanah terhadap erosi atau longsor dan aliran air permukaan. Harkat kemampuan bentuk muka tanah makro ini lazim pula dihubungkan dengan pengaruhnya terhadap tanah yang ada dibawahnya, apakah membahayakan dan sampai seberapa bahayanya itu. Dalam hal ini misalnya mendorong atau menjadi penyebab aliran air permukaan yang berlebihan (banjir) atau penyebab longsor tanah yang menimbun tanah-tanah datar yang ada dibawahnya. Bentuk tanah permukaan bagaikan parit-parit erosi yang rapat berpengaruh pula pada harkat kemampuan tanah (kritisnya tanah) cukup besar karena dapat mendorong lekas terangkutnya tanah permukaan dan menimbulkan lapisan tanah bawahnya yang keadaannya memang kurang subur, kemampuannya jadi menurun (Hardjowigeno, 2003).
            Menurut  Hardjowigeno (2003) faktor dan sumber kritisnya tanah adalah :
a.    Sumber endogen, sumber yang terdapat dalam tanah itu sendiri seperti halnya dengan cadangan mineral
b.    Sumber eksogen, sumber yang terdapat diluar tubuh tanah, yang umunya/kebanyakan berkedudukan dalam iklim
c.    Sumber antropogen, yaitu manusia yang selalu mempercepat terjadinya kritis tersebut.


Kritis aktual, kritis potensial
            Menurut  Hardjowigeno (2003) tanah kritis dapat digolongkan menjadi :
a.    Tanah kritis aktual, karena batas-batas keberlangsungannya serta teknologi untuk mengatasi/menanggulanginya telah diketahui. Secara relatif mudah dikoreksi dan setelah berhasil diatasi, kemampuannya dapat memenuhi harapan.
b.    Tanah kritis potensial, harkat kritisnya dapat diperkirakan, tetapi teknologi penanggulangan yang mantap belum diketahui. Sambil menunggu diperolehnya teknologi ini dengan cara-cara yang masih dipertimbangkan pengelolaan terhadap tanah ini terus juga dilakukan dengan harapan memberikan hasil yang lumayan.
c.    Tanah kritis aktual dan potensial, kemampuan tanah ini sangat rendah, dengan usaha-usaha untuk mengoreksi dan memperbaikinya. Pada kritis yang aktual kemampuan tanah dapat dipulihkan walaupun hanya pada taraf sedang.
Contoh : Dipulau Kalimantan dan Sumatera terdapat tanah-tanah yang masih tertutup hutan lebat. Tanah tersebut berkembang dari bahan induk tanah berupa endapan tanah pekat sampai tanah pekat liat berkuarsa. Jika tanah tersebut dibuka (untuk kepentingan transmigrasi) sejak pembukaannya memang mempunyai kemampuan aktual yang dapat dikatakan lumayan, dan jika dikelola secara baik serta penuh kecermatan kemampuannya dapat ditingkatkan sampai mencapai harkat sedang dan cukup baik. Tanpa pengelolaan yang baik dan cermat kemampuannya akan berubah menjadi buruk (rendah), karena tanah ini mempunyai sifat kritis potensial yang terbentuk oleh vegetasi hutan lebat mengalami kerusakan.

C.   Kerusakan Tanah
            Sumber daya alam utama yaitu tanah dan air mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan, dan sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan. Kedua fungsi tersebut dapat menurun atau hilang, hilang atau menurunnya fungsi tanah ini yang biasa disebut kerusakan tanah atau degradasi tanah. Hilangnya fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dapat terus menerus diperbaharui dengan pemupukan. Tetapi hilangnya fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya perakaran dan menyimpan air tanah tidak mudah diperbaharui karena diperlukan waktu yang lama untuk pembentukan tanah (Arsyad, 1989).
Kerusakan air berupa hilangnya atau mengeringnya sumber air dan menurunnya kualitas air. Hilang atau mengeringnya sumber air berkaitan erat dengan erosi, sedangkan menurunnya kualitas air dapat dikarenakan kandungan sedimen yang bersumber dari erosi atau kandungan bahanbahan dari limbah industri/pertanian. Dengan demikian kedua sumber daya tersebut (tanah dan air) harus dijaga kelestarian fungsinya dengan upaya-upaya konservasi tanah dan air. Konservasi tanah dapat diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan (Arsyad, 1989).

1.Penyebab Kerusakan Tanah
Menurut Arsyad (1989) kerusakan tanah dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
a. Perusakan hutan
Akibat dari hutan yang rusak dapat mengurangi daya serap tanah dan mengurangi kemampuannya dalam menampung dan menahan air, sehingga tanah mudah tererosi.
b.Proses kimiawi air hujan
Air hujan merupakan faktor utama terjadinya kerusakan tanah melalui proses perubahan kimiawi dan sebagian lagi karena proses mekanis.
c. Proses mekanis air hujan
Air hujan yang turun sangat deras dapat mengikis dan menggores tanah di permukaannya sehingga bisa terbentuk selokan. Pada daerah yang tidak bervegetasi, hujan lebat dapat menghanyutkan tanah berkubik-kubik. Air hujan dapat pula menghanyutkan lumpur sehingga terjadi banjir lumpur.



d. Tanah longsor
Tanah longsor adalah turunnya atau ambruknya tanah dan bebatuan ke bawah bukit. Hujan mempercepat longsornya tanah karena tanah menjadi longgar dan berat. Pelongsoran hanya terjadi pada lapisan luar yang terlepas dari permukaan tanah.
e. Erosi oleh air hujan
Pergerakan tanah dapat disebabkan oleh air hujan, misalnya tanah labil yang ada di pinggir-pinggir sungai apabila tertimpa hujan lebat akan lepas dan jatuh ke sungai.
f. Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran.
g. Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi).
h. Penjenuhan tanah oleh air (waterlogging) dan erosi.

2. Dampak Kerusakan Tanah terhadap Kehidupan
Menurut Arsyad (1989) kerusakan tanah yang utama adalah akibat erosi. Erosi tidak hanya menyebabkan kerusakan tanah di tempat erosi, tetapi juga kerusakan-kerusakan di tempat lain yaitu :
a. Kerusakan di tempat terjadinya erosi
Kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi terutama akibat hilangnya sebagian tanah dari tempat tersebut karena erosi. Hilangnya sebagian tanah ini mengakibatkan hal-hal berikut:
1.
penurunan produktifitas tanah;
2.
kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman;
3.
kualitas tanaman menurun;
4.
laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang;
5.
struktur tanah menjadi rusak;
6.
lebih banyak tenaga diperlukan untuk mengolah tanah;
7.
erosi gully dan tebing (longsor) menyebabkan lahan terbagi-bagi dan mengurangi luas lahan yang dapat ditanami; dan
8.
pendapatan petani berkurang.
b. Kerusakan di tempat penerima hasil erosi          
Erosi dapat juga menyebabkan kerusakan-kerusakan di tempat penerima hasil erosi. Erosi memindahkan tanah berikut senyawa-senyawa kimia yang ada di dalamnya seperti unsur-unsur hara tanaman (N,Phospor, bahan organik dan sebagainya) atau sisa-sisa pestisida dan herbisida (DDT, Endrin dan lain-lain).
c. Proses mekanis air hujan
Air hujan yang turun sangat deras dapat mengikis dan menggores tanah di permukaannya sehingga bisa terbentuk selokan. Pada daerah yang tidak bervegetasi, hujan lebat dapat menghanyutkan tanah berkubik-kubik. Air hujan dapat pula menghanyutkan lumpur sehingga terjadi banjir lumpur.
Pengendapan bahan-bahan tanah berikut senyawa-senyawa kimia yang dikandungnya dapat dikatakan sebagai polusi (pencemaran) di tempat tersebut. Pencemaran yang disebabkan oleh bahan-bahan padat tanah disebut “polusi sedimen”, sedangkan pencemaran oleh senyawa-senyawa kimia yang ada di dalam tanah disebut “polusi kimia”. Polusi kimia dari tanah dapat dibedakan menjadi polusi kimia dari unsur hara (pupuk) dan polusi kimia dari pestisida/herbisida.
Polusi sedimen: adalah pengendapan bahan tanah yang tererosi ke tempat lain. Pengendapan ini dapat menyebabkan:
-
Pendangkalan sungai sehingga kapasitas sungai menurun. Akibatnya menambah terjadinya banjir, apalagi kalau banyak air mengalir sebagai aliran permukaan (run off) karena hilangnya vegetasi di daerah hulu.
-
Tanah-tanah yang subur kadang-kadang menjadi rusak karena tertimbun oleh tanah-tanah kurus atau batu-batuan, pasir, kerikil dari tempat lain.
-
Apabila digunakan untuk air minum, air yang kotor itu perlu lebih banyak biaya untuk membersihkannya.
-
Karena air yang keruh, maka mengurangi fotosintesis dari tanaman air (karena sinar matahari sulit menembus air).
-
Perubahan-perubahan dalam jumlah bahan yang diangkut mempengaruhi keseimbangan sungai tersebut. Apabila terjadi pengendapan di suatu dam, maka air yang telah kehilangan sebagian dari bahan yang diangkutnya tersebut akan mencari keseimbangan baru dengan mengikis dasar saluran atau pondasi dari dam tersebut sehingga menyebabkan kerusakan.
-
Kadang-kadang polusi sedimen dapat memberi pengaruh baik yaitu bila terjadi pengendapan tanah-tanah subur, misalnya tanah-tanah aluvial di sekitar sungai.

Polusi kimia dari pupuk. Polusi kimia dari pupuk merupakan polusi unsur-unsur hara tanaman. Tanah-tanah yang dipindahkan oleh erosi pada umumnya mengandung unsur hara lebih tinggi daripada tanah yang ditinggalkannya. Hal ini disebabkan lapisan tanah yang tererosi umumnya adalah lapisan atas yang subur.
Polusi kimia oleh bahan-bahan pestisida. Pestisida dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu pestisida yang mudah larut (hancur) dan pestisida yang sukar hancur. Golongan yang sukar hancur (larut) merupakan polusi pestisida yang utama. Disamping sukar larut jenis pestisida ini diserap oleh butir-butir tanah halus seperti halnya unsur P sehingga lebih banyak terangkut ke tempat lain bersama tanah-tanah yang tererosi. Seperti halnya unsur hara, polusi pestisida banyak menimbulkan masalah pada persediaan air, terutama mengganggu pada bidang kesehatan.
Ada hal yang perlu diketahui yaitu terjadinya proses biomagnification melalui siklus rantai makanan untuk beberapa jenis pestisida terutama yang dapat diserap dengan kuat dalam jaringan tubuh seperti DDT. Dengan proses ini pestisida yang mula-mula berkonsentrasi sangat kecil yang tidak membahayakan lalu semakin banyak dan menjadi fatal (dapat menyebabkan kematian).
Pencegahan terjadinya polusi pestisida dapat dilakukan dengan membatasi penggunaan pestisida yang banyak menimbulkan residu seperti DDT, Aldrin, Dieldrin, dan sebagainya. Pencegahan yang paling baik sudah barang tentu mencegah terjadinya erosi dari sumbernya. Dengan cara ini maka pestisida dan unsur hara yang terikat dalam butir-butir tanah (DDT, Aldrin, Dieldrin) dapat dicegah untuk tidak menjadi sumber polusi. Unsur hara dan pestisida yang mudah larut masih dapat mengalir ke tempat lain bersama air run off dan infiltrasi, tetapi sumber polusi jenis ini tidak terlalu begitu membahayakan.
  
3. Erosivitas Dan Bentuk-bentuk Erosi.
            Erosivitas adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan dan kemudian dipindahkan ketempat lain oleh kekuatan air, angin dan gravitasi. Di daerah tropis, seperti di negara kita mempunyai curah hujan tinggi sehingga erosi yang disebabkan oleh angin tidak begitu banyak terjadi. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan diendapkan di tempat lain: didalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi dan sebagainya (Arsyad, 1989)..
Berbicara tentang erosi, maka tidak lepas dari aliran permukaan. Dengan adanya aliran air di atas permukaan tanah, tanah dapat terkikis dan selanjutnya diangkut ke tempat yang lebih rendah. Dengan demikian terjadilah perpindahan lapisan tanah; mineral-mineral dan bahan organik yang terdapat pada permukaan tanah (Sjahrullah, 1987).
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh media alami ketempat lain. Ada dua macam erosi, yaitu erosi normal dan erosi dipercepat. Erosi normal juga disebut erosi geologi atau erosi alami merupakan proses-proses pengangkutan tanah yang terjadi dibawah keadaan vegetasi alami. Biasanya terjadi dengan laju yang lambat yang memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal yang mampu mendukung pertumbuhan vegetasi secara normal. Erosi dipercepat adalah pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai akibat perbuatan manusia yang mengganggu keseimbangan antara proses pembentukan dan pengangkutan tanah (Arsyad, 1989).
Menurut Arsyad (1989) erosi dipercepat dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain sebagai berikut :
a.Merosotnya peroduktivitas tanah pada lahan yang tererosi, yang disertai dengan merosotnya daya dukung serta kualitas lingkungan hidup.
b.Sungai, waduk, dan saluran irigasi/drainase di daerah hilir menjadi dangkal, sehingga daya guna dan basil guna berkurang.
c.Secara tidak langsung mengakibatkan terjadinya banjir yang kronis pada setiap musim penghijauan dan kekeringan pada musim kemarau.
d.Dapat menghilangkan fungsi hidrologi tanah.
Menurut Arsyad (1989) menurut bentuknya, erosi dibedakan dalam : erosi percik, erosi lembar, erosi alur, erosi parit, erosi tebing sungai, erosi internal dan tanah longsor.
1)Erosi Percik (Splash erosion) adalah proses terkelupasnya patikel-partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos. Arah dan jarak terkelupasnya partikel-partikel tanah ditentukan oleh kemiringan lereng, kecepatan dan arah angin, keadaan kekasaran permukaan tanah, dan penutupan tanah.
2)Erosi Lembar (Sheet erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian (runoff).
3)Erosi Alur (Rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Alur-alur yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah.
4)Erosi Parit (Gully erosion) proses terjadinya sama dengan erosi alur, tetapi saluran yang terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
5)Erosi Tebing Sungai (Streambank erosion) adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai dan pengerusan dasar sungai oleh aliran air sungai. Erosi tebing akan lebih hebat jika vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan pengolahan tanah terlalu dekat tebing.
6)Erosi Internal (Internal or subsurface erosion) adalah terangkutnya butir-butir primer kebawah ke dalam celah-celah atau pori-pori tanah sehingga tanah menjadi kedap air dan udara. Erosi internal menyebabkan menurunnya kapasitas infiltrasi tanah dengan cepat sehingga aliran permukaan meningkat yang menyebabkan terjadinya erosi lembar atau erosi alur.
7)Tanah Longsor (Landslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang besar.

4.Industri Dan Pencemaran Lingkungan.
Jika kita ingin menyelamatkan lingkungan hidup, maka perlu adanya itikad yang kuat dan kesamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai usaha secar sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya (Arsyad, 1989).
Memang manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya , secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia dapat menggunakan air yang tercemar dengan rekayasa teknologi (daur ulang) berupa salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi komoditas ekonomi. Tetapi untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar dapat dimanfaatkan secara optimal maka manusia diharuskan untuk mampu memperkecil resiko kerusakan lingkungan (Arsyad, 1989).

5.Dampak Industri dan Teknologi terhadap Lingkungan.
Dari berbagai tantangan yang dihadapi dari perjalanan sejarah umat manusia, kiranya dapat ditarik selalu benang merah yang dapat digunakan sebagai pegangan mengapa manusia “survival” yaitu oleh karena teknologi.  Teknologi memberikan kemajuan bagi industri baja, industri kapal laut, kereta api, industri mobil, yang memperkaya peradaban manusia.. Teknologi juga mampu menghasilkan sulfur dioksida, karbon dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lain yang mengancam kelangsungan hidup manusia akibat memanasnya bumi akibat efek “rumah kaca” (Samrumi, 2009).
Teknologi yang diandalkan sebagai istrumen utama dalam “revolusi hijau” mampu meningkatkan hasil pertanian,- karena adanya bibit unggul, bermacam jenis pupuk yang bersifat suplemen, pestisida dan insektisida. Dibalik itu, teknologi yang sama juga menghasilkan berbagai jenis racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, bahkan akibat rutinnya digunakan berbagi jenis pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat daya tahan hama tananam misalnya wereng dan kutu loncat. Teknologi juga memberi rasa aman dan kenyamanan bagi manusia akibat mampu menyediakan berbagai kebutuhan seperti tabung gas kebakaran, alat-alat pendingin (Iemari es dan AC), berbagai jenis aroma parfum dalam kemasan yang menawan, atau abat anti nyamuk yang praktis untuk disemprotkan, dan sebagainya. Serangkai dengan proses tersebut, ternyata CFC (chlorofluorocarbon) dan tetrafluoroethylene polymer yang digunakan justru memiliki kontribusi bagi menipisnya lapisan ozone di stratosfer (Samrumi, 2009).

D.   Aerobio dan Kompaksi Tanah
Kompaksi Tanah adalah bentuk degradasi fisik tanah sebagai akibat dari pemadatan tanah sehingga aktivitas biologi, porositas dan permeabilitas tanah menurun, kekuatan tanah meningkat dan struktur tanah hancur perlahan-lahan. Proses pemadatan dapat dimulai dengan roda traktor/alat berat atau dengan berlalunya hewan. Beberapa tanah secara alami padat, tersementasi atau memiliki lapisan tanah yang tipis di atas batuan induk. Tanah bervariasi mulai dari yang cukup kuat untuk menahan beban namun ada juga yang akan mengalami kompaksi walaupun dikenai beban yang ringan (Nasiah, 2000).
Pada lahan pertanian yang dibajak tahunan, baik lapisan atas tanah dan lapisan bawahnya bisa mengalami kompaksi tanah. Tanah yang dipadatkana akan membentuk pan atau padas yang disebabkan ban traktor selama membajak (di atas). Lapisan padas sulit ditembus akar, air dan oksigen sehingga merupakan hambatan untuk fungsi subsoil tanah tersebut. Tidak seperti tanah lapisan atas, tanah dibawahnya tidak mengembang kembali setiap tahun, pemadatan menjadi kumulatif dan dari waktu ke waktu sehingga lapisan padat terbentuk. Penggunaan traktor berat selama membajak dan pemanenan merupakan penyebab utama pemadatan tanah (Nasiah, 2000).
Tanah memiliki ruang  besar yang disebut pori makro yang dibuat oleh akar tanaman, aktivitas biota dan pengempisan tanah yang disebabkan oleh pengeringan tanah basah. Pori makro ini biasanya terus menerus dan membentuk “jalan raya” untuk udara dan air untuk perjalanan jauh ke dalam tanah. Jadi, pori makro tanah menentukan sifat fisik tanah dan kualitas biologi tanah. Pori makro adalah yang paling rentan mengalami pemadatan tanah (Nasiah, 2000).
Hilangnya pori makro dan kesinambungan pori-pori sangat mengurangi kemampuan tanah untuk mengalirkan air dan udara. Kapasitas infiltrasi berkurang sehingga meningkatkan run-off, yang akhirnya menyebabkan erosi,  banjir, transportasi nutrisi,  dan bahan kimia pertanian ke badan air. Aerasi tanah yang buruk mengurangi pertumbuhan tanaman dan menyebabkan hilangnya nitrogen tanah dan meningkatkan produksi gas rumah kaca melalui denitrifikasi di daerah anaerob. Deformasi agregat tanah dan berat jenis tanah yang lebih tinggi akan meningkatkan kekuatan tanah. Hal ini membatasi pertumbuhan akar yang dapat mengakibatkan kerentanan tanaman terhadap penyakit. Pemadatan tanah adalah suatu bentuk tersembunyi dari degradasi tanah yang dapat mempengaruhi semua daerah pertanian dan hasil panen menurun secara bertahap dan secara bertahap meningkatkan masalah tentang genangan air. Dampak dari pemadatan tanah akan sangat menonjol dalam tahun dengan periode kering atau basah yang ekstrim. Suatu sumber menyebutkan bahwa kompaksi tanah menyebabkan penurunan hasil tanaman yang mencapai 35% (Nasiah, 2000).

E. Faktor-Faktor yang Menjadikan Kritisnya Tanah
            Menurut Anonim (2011) faktor-faktor yang menjadikan kritisnya tanah yaitu :
·         Masih kurangnya teknologi pengelolaan lahan kering sehingga sering mengakibatkan makin kritisnya lahan-lahan  kering.
·         Kekurangan air dan kahat unsur hara adalah masalah yg paling serius di daerah   lahan kering.
·         Berada pada level kritis  karena kurangnya kandungan organik.Implikasinya dapat mengurangi kualitas produk bagi keseimbangan kesehatan serta berkurangnya  kontinyuitas produksi masa depan.
“Ibarat manusia kalau terus-menerus diberi satu jenis makanan ya,, lama-lama bosan dan sakit, begitu juga pada tanah.Karena mesikipun mikro sekalipun tetapi jika itu vitamin, harus diimbangi,"
Kritisnya Tanah Kering
Tanah-tanah di daerah lahan kering sangat rentan terhadap erosi. Daerah lahan kering biasanya mempunyai curah hujan yang rendah dan intensitas yang rendah pula, dengan kondisi seperti itu menyebabkan susahnya tanaman-tanaman tumbuh dan berkembang, padahal tanaman merupakan media penghambat agar butiran hujan tidak berbentur langsung dengan tanah. Benturan seperti inilah yang menyebabkan tanah mudah terurai sehingga gampang dibawa oleh aliran air permukaan dan akhirnya terjadi erosi. Pemanfaatan vegetasi pada system konservasi tanah dan air selain sebagai penghambat benturan juga berguna sebagai penghambat aliran permukaan, memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan kadar air tanah (Anonim, 2011).
Potensi lahan kering yaitu keadaan lahan yang sangat luas. Akan tetapi lahan-lahan kering tersebut tidak begitu menghasilkan dan berguna bagi masyarakat yang tinggal di sekitar area lahan kering. Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya teknologi pengelolaan lahan kering sehingga sering mengakibatkan makin kritisnya lahan-lahan kering. Erosi, kekurangan air dan kahat unsur hara adalah masalah yang paling serius di daerah lahan kering. Paket-paket teknologi untuk mananggulangi masalah-masalah tersebut banyak, akan tetapi kurang optimal di manfaatkan karena tidak begitu signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan petani daerah lahan kering. Memang perlu kesabaran dalam pengelolaan daerah lahan kering, karena meningkatkan produktivitas lahan di daerah lahan kering yang kondisi lahannya sebagian besar kritis dan potensial kritis tidaklah mudah (Anonim, 2011).
Konservasi Tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Anonim, 2011).
Tanah-tanah di daerah lahan kering sangat rentan terhadap erosi. Daerah lahan kering biasanya mempunyai curah hujan yang rendah dan intensitas yang rendah pula, dengan kondisi seperti itu menyebabkan susahnya tanaman-tanaman tumbuh dan berkembang, padahal tanaman merupakan media penghambat agar butiran hujan tidak berbentur langsung dengan tanah. Benturan seperti inilah yang menyebabkan tanah mudah terurai sehingga gampang dibawa oleh aliran air permukaan dan akhirnya terjadi erosi. Pemanfaatan vegetasi pada system konservasi tanah dan air selain sebagai penghambat benturan juga berguna sebagai penghambat aliran permukaan, memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan kadar air tanah (Anonim, 2011).
Perilaku pupuk (kimia) minded  yang diterapkan masyarakat memicu kehawatiran makin kritisnya lahan pertanian. Sebaliknya minimnya pemakaian pupuk organik dimasa depan dapat berimplikasi berkurangya kesuburan tanah serta tingginya potensi gagal panen (Anonim, 2011).  
Konservasi tanah dan air merupakan cara konvensional yang cukup mampu menanggulangi masalah diatas. Dengan menerapkan sisitem konservasi tanah dan air diharapkan bisa menanggulangi erosi, menyediakan air dan meningkatkan kandungan hara dalam tanah serta menjadikan lahan tidak kritis lagi. Ada 3 metode dalam dalam melakukan konservasi tanah dan air yaitu metode fisik dengan pegolahan tanahnya, metode vegetatif dengan memanfaatkan vegetasi dan tanaman untuk mengurangi erosi dan penyediaan air serta metode kimia yaitu memanfaatkan bahan2 kimia untuk mengaawetkan tanah (Anonim, 2011).
Konservasi Tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan konservasi Air menurut Deptan (2006) adalah upaya penyimpanan air secara maksimal pada musim penghujan dan pemanfaatannya secara efisien pada musim kemarau. Konservasi tanah dan konservasi air selalu berjalan beriringan dimana saat melakukan tindakan konservasi tanah juga di lakukan tindakan konservasi air. Dengan dilakukan konservasi tanah dan air di lahan kering diharapkan mampu mengurangi laju erosi dan menyediakan air sepanjang tahun yang akhirnya mampu meningkatkan produktivitasnya. Tanah2 di daerah lahan kering sangat rentan terhadap erosi. Daerah lahan kering biasanya mempunyai curah hujan yg rendah dan intensitas yg rendah pula, dengan kondisi seperti itu menyebabkan susahnya tanaman2 tumbuh dan berkembang, padahal tanaman merupakan media penghambat agar butiran hujan tidak berbentur langsung dengan tanah. Benturan seperti inilah yg menyebabkan tanah mudah terurai sehingga gampang di bawa oleh aliran air permukaan dan akhirnya terjadi erosi. Pemanfaatan vegetasi pada system konservasi tanah dan air selain sebagai penghambat benturan juga berguna sebagai penghambat aliran permukaan, memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan kadar air tanah (Anonim, 2011).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
ü  Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh media alami ketempat lain
ü  Erosi terjadi akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia
ü  Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah adalah kehilangan unsur hara
ü  Harkat kemampuan tanah atau kritis tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu kritis aktual, kritis potensial dan kritis aktual dan potensial
ü  faktor-faktor yang menjadikan kritisnya tanah yaitu masih kurangnya teknologi pengelolaan lahan kering sehingga sering mengakibatkan makin kritisnya lahan-lahan  kering, kekurangan air dan kahat unsur hara

Saran
            Sebaiknya dalam pengelolaan lahan, kita harus lebih bijak menggunakan air dan tanah. Sebab jika kedua sumber daya alam itu mengalami kerusakan kita sebagai manusia akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan lahan yang baik untuk ditanami tumbuhan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan kita.
           
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Kompaksi Tanah. http://library.usu.ac.id/download/fisip/sosiologi-henry.pdf. (Diakses 3 Mei 2011)

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hardjowigeno. 2003. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo, Jakarta.

Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk Prioritas. UGM. Yogyakarta.

Rahim, S. E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara, Jakarta.

Samrumi. 2009. Pengertian dan Bentuk-bentuk Erosi. http://samrumi.blogspot. com/2009/01/ pengertian-dan-bentuk-bentuk-erosi.html. (Diakses 3 Mei 2011)


Konservasi AIR DAN TANAH




Oleh :
Windawati. Alwi          I 21110005
Jus Rini                          I21110251
Faridah                          I21110003
Mega Johan                   I21110902
Yunus Darto Susilo       I21110276


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Ibu dosen yang berjudul “Konservasi Air dan Tanah” dengan tepat waktu .                       
Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu dosen dan pihak-pihak lain yang membantu kami dalam proses penyelesaian tugas makalah ini .
            Semoga dengan adanya tugas makalah ini kami akan lebih mengerti tentang konservasi tanah dan air dalam bidang Ilmu Tanah .
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , olehnya itu kami mohon bimbingan Ibu dosen dan semua pihak demi kesempurnaan makalah berikutnya .                                                                                                           
      Akhirnya , semoga segala bimbingan , dukungan , bantuan , dan partisifasinya mendapat balasan dari Allah SWT . Amien.
             

Makassar, 3 April 2011


        Kelompok I

 ABSTRAK
            Pada konservasi tanah dan air, faktor utama yang sering membuat kerusakan tanah adalah erosi. Erosi terjadi akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia. Dampak negatif yang disebabkan oleh erosi yaitu terjadinya kerusakan tanah yang dapat menyebabkan berbagai macam akibat seperti kritis tanah, penurunan proktifitas tanah, kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman dan berbagai macam lagi dampak negatif.
            Dalam makalah ini akan dijelaskan pengaruh erosi terhadap kesuburan kimia dan fisika tanah, harkat kemampuan tanah serta kritis aktual dan potensial, kerusakan tanah, erosivitas, aerobio dan kompaksi tanah serta faktor yang mempengaruhi kritisnya tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar