Rabu, 20 Februari 2013

Penggolongan dan Fungsi Karbohidrat dalam Ruminansia



BAB I
PENDAHULUAN
Karbohidrat atau Hidrat  Arang  adalah  suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil energi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan energi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang. Di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein.
            Pada hewan dan manusia energi kimia karbohidrat disimpan dalam bentuk glikogen sedangkan pada tumbuhan dalam bentuk pati. Selain itu, karbohidrat dapat disimpan dalam bentuk selulosa, hemiselulosa, pektin, khitin, dan lignin yang merupakan kerangka makhluk hidup (misalnya; selulosa yang terdapat pada dinding sel hewan berperan sebagai komponen utama dinding sel tumbuhan, dan peptidoglikan terdapat di dinding sel bakteri).
Secara umum, karbohidrat digolongkan menjadi tiga yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Namun, seringkali oligosakarida digolongkan ke dalam polisakarida. Hal itulah yang melatarbelakangi dibuatnya makalah ini agar kita lebih mengetahui penggolongan dan fungsi karbohidrat dalam nutrisi ruminansia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGGOLONGAN  KARBOHIDRAT
1. MONOSAKARIDA
Monosakarida merupakan gula sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi menjadi bagian yang lebih kecil.Kebanyakan monosakarida rasanya manis, tidak berwarna, berupa kristal padat yang bebas larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar. Monosakarida terdiri dari satu unit polihidrosi aldehida atau keton.
http://images.merthinbiogreen4ever.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/SePqRwoKCqoAABBR6no1/D-glucose111-fischer.png?et=Omii4Wu9JWsYRqIvquATbQ&nmid=0Kerangka monosakarida berupa rantai karbon berikatan tunggal yang tidak bercabang. Satu diantara atom karbon berikatan ganda terhadap suatu atom oksigen, membentuk gugus karbonil; masing-masing atom karbon lainnya berikatan dengan gugus hidroksil. Berdasarkan gugus fungsi inilah monosakarida digolongkan menjadi dua jenis yaitu aldosa dan ketosa. Suatu monosakarida disebut aldosa jika gugus karbonilnya berada pada ujung rantai karbon, dan disebut ketosa jika gugus karbonnya berada pada tempat lain. Contoh monosakarida yang sering dijumpai adalah heksosa.


                                         


D-Glukosa, suatu aldoheksosa


http://images.merthinbiogreen4ever.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/SePqlAoKCqoAAAtjs0o1/fructose.gif?et=1IpaSvo%2CSw6Vh7Jaqfe6ng&nmid=0
 






                                            D- Fruktosa, suatu ketoheksosa
Gambar 1. Contoh aldosa dan ketosa
Rumus umum monosakarida sesuai dengan nama karbohidrat yaitu (CH2O)n, di mana jumlah n sesuai dengan jumlah atom karbon yang dimiliki. Berdasarkan jumlah atom karbon tersebut, monosakarida dibagai menjadi beberapa bagian yaitu, triosa (C3H6O3), tetrosa (C4H8O4), pentosa (C5H12O5), heksosa (C6H12O6), dan heptosa (C7H12O7).
Sifat-Sifat Monosakarida
1. Reaksi dengan basa dan asam
Apabila glukosa dilarutkan ke dalam basa encer, beberapa jam kemudian dihasilkan campuran yang terdiri dari fruktosa, manosa, dan sebagian glukosa semula. Sedangkan, dalam basa encer, monosakarida sangat stabil, tetapi jika aldoheksosa dipanaskan dalam asam kuat, akan mengalami dehidrasi dan diperoleh bentuk hidroksimetil furtural. Dalam bentuk yang sama, pentose juga akan berubah menjadi bentuk furtural.


2. Gula pereduksi
Sebagian karbohidrat  bersifat gula pereduksi. Sifat gula pereduksi ini disebabkan adanya gugus aldehida dan gugus keton yang bebas, sehingga dapat mereduksi ion-ion logam. Gugus aldehida pada aldoheksosa mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat dalam pH netral oleh zat pengoksidasi atau enzim. Dalam zat pengoksidasi kuat, gugus aldehida dan gugus alkohol primer akan teroksidasi membentuk asam dikarboksilat atau asam ardalat. Gugus aldehida atau gugus keton monosakarida dapat direduksi secara secara kimia menjadi gula alkohol, misalnya D-sorbito yang berasal dari D-glukosa.
3. Pembentukan glikosida
Monosakarida dapat membentuk glikosida dan asetal. Jika gugus hidroksil pada sebuah molekul gula bereaksi dengan hidroksil dari hemiasetal atau hemiaketal molekul gula yang lain, maka akan terbentuk glikosida yang disebut disakarida. Ikatan ini dinamakan ikatan glikosida yang berfungsi untuk menghubungkan sejumlah besar unit monosakarida menjadi polisakarida.
4. Pembentukan ester
Semua monosakarida atau polisakarida dapat terasetilasi oleh asam asetat anhidrida yang berlebihan membentuk O-asetil-α-D-glukosa. Gugus asetil yang berikatan secara ester ini bisa dihidrolisis oleh asam atau basa. Sifat ini sering juga digunakan untuk penentuan struktur karbohidrat. Senyawa ester yang penting dalam dalam metabolisme adalah ester fosfat.


5. Fenilosazon dan Osazon
Monosakarida dapat bereaksi dengan larutan fenil hidrazin dalam suasana asam pada suhu 100oC, membentuk ozazon. Senyawa ini tidak larut dalam air dan mudah mengkristal. Glukosa, fruktosa, dan manosa akan menghasilkan fenolsazon yang sama, selanjutnya, akan terbentuk asazon yang berwarna, mengkristal secara khas, dan dapat digunakan untuk menentukan jenis karbohidrat.
Struktur Monosakarida
Struktur monosakarida ada yang ditulis dalam bentuk rantai lurus, ada pula dalam bentuk cincin. Monosakarida yang memiliki lima atau lebih atom karbonnya biasanya berada dalam struktur cincin, di mana gugus karbonil membentuk ikatan kovalen dengan atom oksigen dari gugus hidroksil pada atom karbon lainnya. 
Struktur cincin piranosa (turunan dari piran) terbentuk karena aldehida bereaksi dengan alkohol dan membentuk senyawa turunan yang disebut hemiasetal. Reaksi ini terjadi antara atom karbon aldehida no 1 dengan gugus hidroksil bebas pada atom karbon ke-5 sehingga terbentuk struktur cincin bersudut 6. Hanya aldosa yang memiliki 5 atau lebih atom karbon yang dapat membentuk cincin piranosa yang stabil. Ada pula reaksi yang membentuk cincin 5 sudut beranggotakan lima furan yang disebut furanosa. Pada ketoheksosa gugus hidroksil pada atom karbon 5 bereaksi dengan gugus karbonil pada atom karbon 2, membentuk cincin furanosa yang mengandung suatu ikatan hemiaketal. Penggambaran struktur piranosa dan furanosa karbohidrat biasanya dilakukan dengan menggunakan proyeksi Haworth. Pinggir cincin yang dekat dengan pembaca ditulis lebih tebal. Cincin piranosa terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk kapal dan bentuk kursi. Bentuk yang paling umum adalah bentuk kursi karena bentuk ini lebih stabil daripada bentuk kapal.
http://images.merthinbiogreen4ever.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/SePq1goKCqoAABBX8Mo1/D-glucose-fischer.png?et=YRyjNtM9QEMLBhiqv477sw&nmid=0
                                        







D-Glucose, Fischer projection
http://images.merthinbiogreen4ever.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/SePrOAoKCqoAACyjGKM1/beta-D-glucopyranose-haworth.png?et=LnhDvDjI%2CPZe5qVjHVeLAg&nmid=0
                                    





β-D-glucopyranose, Haworth projection


http://images.merthinbiogreen4ever.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/SePrDgoKCqoAADHKSQg1/beta-D-glucopyranose-cyclohexane.png?et=hqnOJWb9JLluVFsbTGNCRg&nmid=0
 








                                          β-D-glucopyranose, bentuk kapal.
Gambar 2. Contoh pembentukan struktur
2. OLIGOSAKARIDA
            Oligosakarida merupakan gabungan dari molekul-molekul monosakarida yang jumlahnya antara 2 (dua) sampai dengan 8 (delapan) molekul monosakarida. Sehingga oligosakarida dapat berupa disakarida, trisakarida dan lainnya. Oligosakarida secara eksperimen banyak dihasilkan dari proses hidrolisa polisakarida dan hanya beberapa oligosakarida yang secara alami terdapat di alam. Oligosakarida yang paling banyak digunakan dan terdapat di alam adalah bentuk disakarida seperti maltosa, laktosa dan sukrosa.
Disakarida
Disakarida merupakan gabungan dua unit monosakarida yang berikatan kovalen terhadap sesamanya. Ikatan ini disebut ikatan glikosida yang dibentuk jika gugus hidroksil pada salah satu gula bereaksi dengan karbon anomer pada gula yang kedua. Disakarida yang banyak ditemukan di alam yaitu laktosa, sukrosa, dan maltosa.
a. Laktosa
bagan 14.14
Laktosa sering juga disebut gula susu karena hanya terdapat dalam susu. Bila dihidrolisis, laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa. Laktosa memiliki satu atom karbon hemiasetal dan mempunyai gugus karbonil yang berpotensi bebas pada residu glukosa sehingga laktosa termasuk disakarida pereduksi.
b. Sukrosa
bagan 14.13
Sukrosa atau gula tebu merupakan disakarida yang paling manis yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi karena sukrosa tidak mempunyai atom karbon hemiasetal dan hemiaketal. Sukrosa tidak memilliki atom karbon monomer bebas karena karbon anomer glukosa dan fruktosa berikatan satu dengan yang lain. Sukrosa juga mudah dihidrolisis menjadi D-glukosa dan D-fruktosa. Sumber-sumber sukrosa yang terdapat di alam antara lain: tebu (100% mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%), dan jelly.
c. Maltosa
bagan 14.12
Maltosa merupakan disakarida yang paling sederhana. Maltosa terdiri dari dua residu D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Sebuah molekul glukosa dihubungkan melalui atom karbonnya yang pertama dengan gugus hidroksil atom karbon keempat pada molekul glukosa yang lainnya. Kedua residu glukosa tersebut berada dalam bentuk piranosa. Maltosa memilliki gugus karbonil yang berpotensi bebas yang dapat dioksidasi, sehingga maltosa mempunyai sifat gula pereduksi. Di dalam tubuh, maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum yang lebih mudah dicerna. Maltosa banyak terdapat kecambah, susu dan pada serealia, misalnya beras.
3. POLISAKARIDA
Polisakarida adalah senyawa karbohidrat kompleks. Bila dihidrolisis, polisakarida akan menghasilkan banyak unit monosakarida. Polisakarida terdiri atas dua jenis yaitu homopolisakarida (mengandung hanya satu jenis unit monomer) danheteropolisakarida (mengandung dua atau lebih jenis unit monosakarida yang berbeda). Polisakarida biasanya tidak berasa, tidak larut dalam air, dan memiliki berat molekul yang tinggi. Contoh homopolisakarida adalah pati yang hanya mengandung unit-unit D-glukosa, sedangkan asam hialuronat pada jaringan pengikat mengandung residu dari dua jenis unit gula secara berganti-ganti merupakan contoh dari heteropolisakarida.
Fungsi Polisakarida
Beberapa polisakarida berfungsi sebagai bentuk penyimpan bagi monosakarida dan yang lainnya berfungsi sebagai unsur struktural di dalam dinding sel dan jaringan pengikat. Glikogen dan pati merupakan polisakarida simpanan yang terdapat pada tumbuhan dan manusia sedangkan selulosa merupakan polisakarida strukural yang berfungsi sebagai tulang semu bagi tumbuhan. Pati dan glikogen  dihidrolisa di dalam saluran pencernaan oleh amilase, sedangkan selulosa tidak dapat dicerna. Namun, selulosa mempunyai peran penting bagi manusia karena merupakan sumber serat dalam makanan manusia.

Jenis-jenis Polisakarida
a. Pati
Pati adalah polisakarisa simpanan yang terdapat pada tumbuhan. Hampir semua sel tanaman mampu menghasilkan pati.Pati banyak terdapat dalam golongan umbi seperi kentang dan pada biji-bijian seperti jagung. Pati mengandung dua jenis polimer glukosa yaitu, α-amilasi (amilosa) dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida linear dari rantai unit-unit D-glukosa yang panjang, tidak bercabang yang dihubungkan oleh ikatan α (1-4)-glukosida dengan berat molekul yang bervariasi. Amilopektin memiliki berat molekul yang tinggi, memiliki banyak cabang, yang terdiri dari beberapa unit glukosa berantai lurus. Unit tersebut dihubungkan oleh ikatan glikosidik pada ikatan α (1-4) tetapi titik percabangannya merupakan ikatan α (1-6). Amilosa memberi warna biru dengan adanya iodium sedangkan amilopektin akan menghasilkan warna jingga sampai merah bila ditambahkan larutan iodium.
b. Glukogen
Glikogen adalah polisakarisa simpanan pada hewan dan manusia. Strukturnya serupa dengan amilopektin, namun jumlah percabangannya lebih banyak. Glikogen bercabang dari D-glukosa dalam ikatan α (1-4) dan ikatan pada percabangannya adalah α (1-6). Glikogen banyak diemukan di dalam hati dan urat daging.
c. Selulosa
Selulosa atau polisakarida struktur adalah polisakarida yang banyak terdapat dalam tumbuhan, terutama pada bagian dinding sel. Selulosa berfungsi untuk menjaga strukur sel tersebut. Selulosa berupa rantai lurus homopolisakarida yang disusun oleh unit-unit D-glikopiranosa melalui ikatan β (1-4)-glikosida. Selulosa tidak dapat dipecahkan oleh α atau β-amilase dan tidak dapat dicerna oleh vertebrata kecuali oleh hewan ruminan (seperti sapi, kambing, dan domba) yang mengandung bakteri penghasil selulosa. Bakteri selulosa ini dapat memecahkan selulosa menjadi D-glukosa sehingga dapat digunakan sebagai makanan pada organisme tingkat tinggi lainnya.
B. FUNGSI KARBOHIDRAT
1. Sumber energi
Karbohidrat merupakan sumber energi terbesar bagi tubuh. Satu karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagiannya disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak.
2. Pemberi rasa manis pada makanan
Karbohidrat, khususnya monosakarida dan disakarida berfungsi untuk memberi rasa manis pada makanan. Fruktosa merupakan gula yang paling manis.
3. Penghemat protein
Jika karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein tersebut tidak lagi berfungsi sebagai zat pembangun. Sebaliknya, bila karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama akan digunakan sebagai zat pembangun.
4. Pengatur metabolisme lemak
Karbohidrat dapat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna sehingga dapat menghasilkan bahan-bahan keton berupa asam asetoasetat, aseton, dan asam beta-hidroksi-butirat. Bahan-bahan tersebut dibentuk dalam hati dan dikeluarkan melalui urine dengan mengikat basa berupa ion natrium. Proses pengeluaran ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan natrium dan dehidrasi, serta pH cairan tubuh menurun. Keadaan ini menimbulkan ketosis atau asidosis yang dapat merugikan tubuh. Oleh karena itu, kita membutuhkan karbohidrat antara 50-100 gram perhari untuk mencegah ketosis.
5. Membantu pengeluaran feses
Karbohidrat membantu pengeluaran feses dengan mengatur peristaltik usus dan memberi bentuk pada feses.  Selulosa dalam makanan mengatur peristaltik usus, sedangkan hemiselulosa dan pektin mampu menyerap banyak air dalam usus besar sehingga memberi bentuk pada sisa makanan yang akan dikeluarkan.








BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
·         Karbohidrat digolongkan menjadi 3 yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida
·         Fungsi karbohidrat adalah sumber energi, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolism lemak dan membantu pengeluaran feses
Saran
            Sebaiknya konsumsi karbohidrat di imbangi dengan konsumsi protein, lemak, vitamin dan mineral karena karbohidrat yang berlebih dalam tubuh ternak juga akan menyebabkan gangguan kesehatan pada ruminansia.










                                                                          
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Karbohidrat. http://merthinbiogreen4ever.multiply.com (Diakses 8 Desember 2012)

Almatsier, S. (2005). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Girindra, A. (1993). Biokimia 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lehninger. 1992. Dasar-dasar biokimia jilid 1 [Principles of Biochemistry].  Jakarta: Erlangga. (Original work published: Worh Publisher).

Nursanyo, H., dkk. (1992). Ilmu Gizi :zat gizi utama. Jakarta: Golden terayon Press.













                                                                                                       



Mata Kuliah  :  Nutrisi Ruminansia


Penggolongan dan Fungsi Karbohidrat
dalam Ruminansia



unhas_logo.png



KELOMPOK I

                        Makhmud yunus                            i211 07 015
                        Muh. Adam saputra                    i211 08 282
                        Yasri priatna                               i211 09 256
                        Dedi sahirul alam                      i211 09 257
                        Fardil                                              i211 09 270
                        Jumatriatikah h                         i211 10 001
                        M fadhlirrahman latief         i211 10 002
                        Faridah                                           i211 10 003
                        Dian ramadhani z                       I211 10 004
                        Windawati. Alwi                          i211 10 005
                                   
                                   
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

Contoh Analisis Usaha



BAB III
PRODUKSI

1.Produk 
A.Dimensi Produk
Produk yang kami produksi adalah susu cup aneka rasa yang dikemas dalam sebuah cup 100 ml.
B.Nilai/Manfaat Produk
Manfaat yang dapat ditawarkan oleh produk dapat dibagi dalam 5 tingkatan, yaitu:
·         Manfaat inti (core benefit ): manfaat inti dari produk kami adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi padakonsumen, terutama kebutuhan akan susu segar  yang dibutuhkanuntuk memberikan kesehatan pada badan
·         Manfaat dasar  (basic benefit ): manfaat dasar susu cup adalah untuk sebagai produk penunjang nutrisi tubuh
·         Manfaat yang diharapkan (expected benefit ):dapat menjadi salah satu menu dessert atau hidanganpenutup.
·         Manfaat di atas harapan (augmented benefit ):susu cup dapat dicampur dengan berbagai bahan makananatau minuman untuk menambah cita rasa dan nutrisi.
MODAL AWAL:
- Sewa tempat : Rp. 100.000,-
- Mesin pasteurisasi : Rp. 8.500.000,-
- Mesin packagin : 1.500.000,-
- Bahan baku : Rp. 100.000,-
- Susu segar
- Gula pasir
- Perasa
- Cup stealer : Rp. 20.000
Biaya Tetap:
- biaya penyusutan mesin pasteurisasi : 8.500.000,- : 12 bln = Rp. 708.333,-
- biaya penyusutan mesin packagin : 1.500.000,- : 12 bln = Rp. 125.000,-
- sewa tempat : Rp. 100.000,-
TOTAL Biaya Tetap : Rp.933.333
Biaya Variabel:
- biaya listrik : Rp. 100.000,-
- biaya bahan baku/bln : Rp. 100.000,- X 30 hr = Rp.3.000.000,-
- Cup stealer/bln : Rp. 20.000,- X 30 hr = Rp 600.000,-
Total Biaya Variabel : Rp. 3.700.000,-
Penjualan:
- susu cup/ hr : Rp. 1500,- X 200 bji = Rp. 300.000,- X 30 hr = Rp. 9.000.000,-
Total Penjualan : Rp. 9.000.000
keuntungan / bln : total penjualan - biaya tetap - biaya variabel
: Rp. 9.000.000 - Rp.933.333 - Rp. 3.700.000
: Rp. 4.366.667
2.  Arus Biaya
Arus biaya pada usaha sapi perah merupakan komponen biaya yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya operasional tahun pertama dengan tahun berikutnya berbeda karena perusahaan belum berproduksi dengan optimal.
a.        Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat memulai usaha susu cup, yang didalamnya termasuk biaya yang dikeluarkan untuk peralatan dan sewa tempat.
b.       Biaya Operasional
Biaya operasional pengusaha susu cup merupakan biaya- biaya yang dikeluarkan untuk produksi. Biaya operasinal merupakan biaya tidak tetap yang besarnya tergantung pada kapasitas produksi. Komponen biaya operasional dalam usaha ini terdiri dari biaya bahan baku  dan cup stealer
c.        Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya dalam kisaran volume kegiatan tertentu yang tidak berpengaruh langsung terhadap usaha susu cup. Biaya tetap terdiri penyusutan biaya peralatan dan biaya listrik.
3. Analisis Rugi Laba
Analisis rugi laba digunakan untuk mengetahui perkembangan suatu usaha dalam suatu periode tertentu. Komponen dari rugi laba antara lain penerimaan, biaya operasional, biaya penyusutan serta biaya lain diluar usaha dan pajak penghasilan.
4. Kriteria Kelayakan Investasi Pengusahaan Sapi Perah
Kriteria kelayakan investasi pengusahaan sapi perah dilakukandengan empat criteria yaitu NPV, IRR, Net B/C dan payback periode. Hasil perhitungan kelayakan investasi ini diperoleh dari hasil pengurangan komponen outflow terhadap inflow.
Komponen inflow terdiri dari penerimaan penjualan susu cup
Komponen outflow terdiri dari biaya investasi, biaya operasional dan biaya tetap. 

Bovine Viral Diarrhea and Mucosal Disease (BVD)



Bovine Viral Diarrhea and Mucosal Disease (BVD)

            BVD-MD dikenal sebagai penyebab diare sejak tahun 1940. Penyakit ini disebabkan oleh simple virus yang menyebabkan diare. BVD pertama kali ditemukan sebagai penyebab aborsi pada ternak di UK pada tahun 1980.Virus BVD/MD adalah virus yang menginfeksi sapi maupun biri-biri. Virus ini merupakan RNA virus kecil beramplop yang diklasifikasikan sebagai Pestiviruses bersama dengan Border Disease Virus, yang juga menginfeksi biri-biri, serta Classical Swine Fever Ada dua spesies berbeda dari virus BVD/MD yang telah ditemukan; BVD-1 dan BVD-2. BVD-1 terdistribusi di seluruh dunia dan memiliki subspesies yang beragam. BVD-2 telah dilaporkan ditemukan di Eropa, walaupun sangat jarang ditemukan di luar Amerika Utara. Virus, yang menginfeksi babi. Penyakit yang disebabkan oleh BVD-1 cenderung tidak parah, sedangkan infeksi BVD-2 biasanya menyebabkan outbreaks penyakit yang lebih parah menyebabkan diare haemorrhagic akut serta kematian.          

Di Inggris, subspesies BVD-1mendominasi. Ini, seperti halnya strain lain dari BVD, memiliki 2 biotipe; non-cytopathogenic dan cytopathogenic. Biotipe non-cytopathogenic adalah yang biasa ditemukan dalam suatu populasi sapi dan yang menyebabkan terjadinya peningkatan, dengan mutasi ataupun rekombinan, menjadi biotipe cytopathogenic. Berbagai perkiraan mengenai prevalensi virus ini pada peternakan sapi di UK menduga bahwa lebih dari 85% kelompok sapi nasional secara endemis terinfeksi.

Gejala Klinis: 

Gejala klinis yang berhubungan dengan infeksi virus BVD bervariasi secara luas tergantung pada masing-masing individu dan strain virus yang menginfeksi. Di Inggris, dalam kebanyakan kasus, ketika seekor hewan yang tidak bunting terinfeksi, penyakit yang muncul tidaklah parah dan muncul hanya dalam waktu yang singkat. Secara khas hewan yang terinfeksi mengalami kenaikan temperatur, diare dan penurunan produksi susu. Gejala ini pada umumnya hanya muncul beberapa hari dan seringkali tidak begitu tinggi sehingga tidak teramati. Yang lebih penting barangkali adalah periode immunosupresi yang mengikuti infeksi virus BVD. Ini memudahkan infeksi oleh pathogen lain yang menyebabkan insiden kejadian penyakit yang lebih tinggi, misalnya diare pada anak sapi atau radang paru paru (pneumonia) ataupun mastitis pada sapi perah.

Jika hewan yang terinfeksi adalah sapi bunting, selain efek infeksi pada induknya, efek infeksi terhadap fetus haruslah dipertimbangkan. Namun lagi-lagi, ini bervariasi tergantung pada strain virus yang menginfeksi dan, terutama, terhadap umur dari fetus. Pada hampir semua stadium kebuntingan, dan terutama selama trimester I dan II, infeksi pada fetus dapat kematian fetus. Ini mungkin dimanifestasikan sebagai kegagalan konsepsi, kematian embrio dini dengan estrus kembali yang tertunda, mumifikasi fetus ataupun abortus. Jika infeksi BVD tidak mengakibatkan kematian fetus, mungkin saja akan bertanggung jawab dalam menyebabkan berbagai abnormalitas fetus yang biasanya mempengaruhi CNS, terutama otak besar (cerebellum), dan mata. Hasil dari hal ini akan diturunkan pada anaknya dan menyebabkan antara lain kesulitan untuk berdiri serta menjaga keseimbangannya ataupun katarak lensa okular (ataupun keduanya). Jika infeksi fetus terjadi pada trimester I kebuntingan, sebelum pembentukan sistem imun fetus, kemungkinan lebih lanjutnya adalah anak sapi yang terinfeksi secara persisten (PI = Persistently Infected).

Cara melindungi peternakan dari BVD antara lain adalah :
Cara yang efektif meningkatkan keresistenan peternakan terhadap BVD dan mengurangi resiko peternakan terinfeksi BVD adalah dengan cara:
1. Mencegah penyebaran dari hewan yang terinfeksi
v Hanya membawa masuk hewan-hewan dari peternakan yang tidak terinefksi BVD.
 Hanya
v membawa hewan dari peternakan yang punya program vaksinasi yang efektif.
v Menghindari pembelian hewan-hewan dari kandang –kandang penjualan.
v Pengujian hewan baru untuk infeksi persisten.
 Pengisolasian hewan
v baru selama ± 30 hari sebelum diijinkan untuk kontak dengan ternak di dalam peternakan.
2. Meningkatkan keresistenan dari peternakan terhadap BVD dengan cara:
 Memberi vaksin secara langsung oleh
v dokter hewan dan label produknya.
 Ternak/ sapi yang aru lahir
v diberi mengkonsumsi kolostrum secara maksimum.
 Kurangi stress pada
v sapi yang bisa disebabkan oleh penyakit-penyakit lain, kekurangan nutrisi, ketidaknyamanan tempat tinggalnya dan kualitas air yang jelek.
3. Mengurangi penyebaran BVD
 Cegah kontaminasi pupuk kandang terhadap
v bulu, makanan dan air.
 Tempat tinggal bayi sapi dibuat sendiri-sendiri.
 Isolasi hewan sakit.

RABIES



Rabies
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus Rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus Rabies ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
Rabies disebabkan oleh virus Rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak geografis. Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara Rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat Rabies yang masih tinggi.
Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur

Jenis-Jenis Rabies
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami Rabies ganas ataupun Rabies jinak. Pada Rabies ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada Rabies jinak, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan.

Masa Inkubasi 
Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit Rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari-14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun.

Tahapan Penyakit Rabies Pada Hewan
Perjalanan penyakit Rabies pada anjing dan kucing dibagi dalam 3 fase (tahap).
  1. Fase Prodormal: Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri, tetapi dapat menjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari. Setelah fase Prodormal dilanjutkan fase Eksitasi atau bisa langsung ke fase Paralisa.
  2. Fase Eksitasi: Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran, selanjutnya masuk ke fase Paralisa.
  3. Fase Paralisa: Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan kematian.

Penanganan Terhadap Hewan Peliharaan
  1. Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya.
  2. Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang baik, pemeliharaan yang baik dan melaksanakan vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek.
  3. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang diajak berjalan-jalan
Pencegahan
  1. Jadilah pemelihara hewan yang baik.
  2. Selalu ingat untuk memvaksinasi hewan peliharaan seperti anjing, kucing dan kera. Tindakan ini tidak hanya melindungi hewan anda dari penyakit Rabies tetapi juga melindungi diri anda sendiri dan keluarga anda.
  3. Selalu awasi binatang peliharaan anda. Kurangi kontak mereka dengan hewan atau binatang liar. Jika binatang peliharaan anda digigit oleh hewan liar, segera ke dokter hewan untuk diperiksa keadaannya.
  4. Hubungi dinas peternakan setempat bila anda menjumpai ada binatang liar yang mencurigakan di lingkungan tempat tinggal anda.
  5. Hindari kontak dengan hewan liar yang tidak jelas asal usulnya.
  6. Nikmati hewan liar seperti rakun, serigala dari tempat yang jauh. Jangan coba coba memberi mereka makan ataupun membelai mereka.
  7. Jangan sok menjadi penyayang hewan lalu mencoba memelihara hewan liar di rumah walaupun mereka kelihatan sangat jinak.
  8. Cegah kelelawar memasukan rumah atau tempat anda beraktifitas.
  9. Jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit Rabies, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi Rabies.