Tiga
tahun yang lalu aku melangkahkan kaki memasuki kamar ini. Dan saat itu aku
langsung jatuh cinta dengannya. Warna dindingnya kuning dan ada perabot yang
membuat nyaman. Cermin besar terpampang di dekat pintu. Cermin yang membuat
siapapun yang bercermin disana bisa terlihat agak gemuk. Di kamar ini banyak
kisah yang telah terukir, sedih, senang, kebersamaan, keceriaan bahkan menangis
dalam sunyi. Barangkali aku sendiri di kamar kosan ini, tapi anehnya aku tidak
pernah merasa kesepian. Tahukah kenapa ? Karena aku memiliki teman-teman yang
selalu berkumpul dikamar sempit ini. Riuh, ribut dan berbagai hal lainnya.
Mereka adalah Anak Jilbabers dan Matador. Tapi aku hanya ingin bercerita
tentang anak jilbabers, karena sebagian waktu kami dihabiskan di kamar sempit
ini.
Jilbabers
adalah sekelompok grup wanita yang terbentuk karena kesamaan nasib. Entahlah
saya juga tidak mengerti bagaimana asal mula grup ini terbentuk sebab yang
menamai kami juga adalah anak Matador. Beginilah kalau dalam kelompok ada lagi
kelompok. Panggilan itu dilayangkan juga karena kami berjilbab dan selalu
bersama. Kami ada 8 orang. Faridah, Qadry, Dayen, Rini, Marwah, Herni, Tika dan
Aku.
Faridah
adalah wanita yang mudah tersinggung, pesimisnya adalah cara agar bisa optimis,
Qadry
adalah wanita kepo, yang perhatian,
Dayen
adalah wanita cantik dan pintar yang rendah hati
Rini
adalah wanita bondeng yang baik
Marwah
adalah wanita cerewet yang seru
Herni
adalah wanita yang bersifat keibuan
Tika
adalah wanita alim yang benar-benar memegang prinsipnya
Aku
?? Entahlah
Matador
adalah nama angkatan kami, angkatan 2010 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin. Angkatan yang seru walaupun kadang kami
berbeda pendapat dan selalu bertengkar. Banyak perbedaan namun bisa saling
mengisi, bisa saling menerima kekurangan masing-masing. Dalam angkatan ini ada
beberapa kelompok yang terbentuk karena kebiasaan saling berkumpul bersama.
Jilbabers, PWL, PCL , Duo dan beberapa kelompok lain.
Jilbabers
mengurai kisah penting dalam perjalananku di Perguruan Tinggi. Suka duka
bersama dalam membuat laporan, mengerjakan tugas serta sama-sama menjadi wanita
mandiri. Hahaa... Hanya kami anak jilbabers yang mengerti arti “Mandiri”
disini.
Di
kamarku yang sempit ini, kami biasa tertidur lelah gara-gara praktikum, 2 atau 3
orang yang tidur diatas ranjang berkapasitas 1 orang, lainnya tidur melantai
dengan gaya yang berbeda-beda, makan bersama-sama, maccalla, curhat-curhat
ataupun hal lainnya. Terlalu banyak cerita dengan jilbabers di kamar ini. Namun
diantara cerita-cerita itu ada 2 cerita yang tidak bisa aku lupakan.
Pertama,
saat kami menonton bersama, 8 orang semuanya duduk diatas ranjang berkapasitas
1 orang, ketika kami asyik menonton, ketika film itu berada ditengah cerita,
tiba-tiba “krek” salah satu papan ranjang tersebut patah. Kami segera turun dan
menyebar. Kaget. Diam beberapa saat, saling bertatapan. Kamipun tertawa. Saling
menuduh dengan berat badan masing-masing. Padahal perbandingan orang yang kurus
dan gemuk 50:50.
Kedua,
mereka anak jilbabers memberi suprised (membersihkan kamar sempitku ini tanpa
kuminta) tapi aku sama sekali tidak bereaksi apa-apa alias datar-datar saja. Hari
itu, ketika aku pulang dari kuliah pengulangan dan membuka pintu kamar
tiba-tiba
“Tada”
teman-teman jilbabersku berseru
Aku
tidak mengerti, melihat tanpa ekspresi muka mereka, kemudian dengan santai
menyimpan tas, lelah berjalan dari lantai 3 ruang kuliah ke pondokan.
Mereka
tertegun. Diam.
“Kenapa
?” Aku bertanya
“Kenaaapaaaa
? Sudah dibersihkan kamarmu” jawab Qadry tidak terima dengan ekspresiku yang
datar
“Ouh...
sudah mubersihkan” jawabku dengan datar lagi dan tanpa ekspresi
“Hah...
Cuma itu ?” Mereka protes
“Siapa
suruhq membersihkan ?” Tanyaku lagi-lagi dengan wajah tanpa ekspresi dan tanpa
bersalah
“Kenapa dibersihkan ? kenapa dibersihkan ?
Karena disini kita selalu berkumpul, karena disini kita selalu bersama, masa’
dibiarkan kotor” Qadry mengeraskan suara benar-benar tidak terima
“Setidaknya
bilangq terima kasih atau apalah” lanjutnya
“Ouh...
Terima kasih” Kataku dengan cepat dan lagi-lagi tanpa bersalah.
“HAAH....
WINDA... BAAATUUU” Mereka berteriak. Jengkel.
Aku
hanya melihat mereka. Tidak mengerti.
Malamnya ketika aku terbangun dari
tidur. Aku melihat ke sekeliling ruangan kamar. Berbeda. Bersih.
“Kenapa
juga mereka membersihkan kamar ini tanpa kusuruh ?” Aku berpikir. Melihat
langit-langit kamar.
Terngiang
kata-kata Qadry. Teringat wajah-wajah protes mereka. Wajah protes anak
jilbabers melihat kelakuanku.
“TEMAN-TEMAN
YANG BAIK DAN PERHATIAN” Aku bertutur dan tersenyum sendiri. Kemudian
melanjutkan tidur.
Banyak kisah yang telah terukir
dalam bingkai kebersamaan “Jilbabers”.
Semua yang telah terlewati itu akan tetap menjadi kenangan, terngiang di
pikiran dan akan terus tersimpan di hati kita. Aku bersyukur bertemu dengan
kalian anak-anak “Jilbabers”. Terima kasih atas kebaikan, perhatian serta tawa
canda yang kalian berikan. Terima kasih atas semua kisah kebersamaan dan
kebahagiaan yang telah kita ukir. Terima kasih karena sudah mau menungguku
walaupun aku selalu berkata “Duluan miq” atau duluan berjalan padahal kalian
sudah menunggu berjam-jam..., jarang membalas sms, menerimaku apa adanya
walaupun lalod dan menjengkelkan ataupun berhati batu.
Hari ini, kamar ini selesai
kontraknya. Dibalik pertemuan pasti ada perpisahan. Kita harus melangkah
menjalani hari kita masing-masing. Masa depan kita masing-masing. Terima kasih
karena kebersamaan dan kebahagiaan yang kalian berikan dan bisa mengikis
sedikit demi sedikit kebatuan dalam diri ini. Maaf jika selama ini ada
kata-kata yang tidak sepantasnya aku tuturkan yang membekas dalam hati kalian
dan maaf jika selama ini aku banyak salah...
<3
<3 Love U Jilbabers
Winda
“OP” ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar