Rabu, 17 September 2014

KAMAR INI DAN JILBABERS

Tiga tahun yang lalu aku melangkahkan kaki memasuki kamar ini. Dan saat itu aku langsung jatuh cinta dengannya. Warna dindingnya kuning dan ada perabot yang membuat nyaman. Cermin besar terpampang di dekat pintu. Cermin yang membuat siapapun yang bercermin disana bisa terlihat agak gemuk. Di kamar ini banyak kisah yang telah terukir, sedih, senang, kebersamaan, keceriaan bahkan menangis dalam sunyi. Barangkali aku sendiri di kamar kosan ini, tapi anehnya aku tidak pernah merasa kesepian. Tahukah kenapa ? Karena aku memiliki teman-teman yang selalu berkumpul dikamar sempit ini. Riuh, ribut dan berbagai hal lainnya. Mereka adalah Anak Jilbabers dan Matador. Tapi aku hanya ingin bercerita tentang anak jilbabers, karena sebagian waktu kami dihabiskan di kamar sempit ini. 
Jilbabers adalah sekelompok grup wanita yang terbentuk karena kesamaan nasib. Entahlah saya juga tidak mengerti bagaimana asal mula grup ini terbentuk sebab yang menamai kami juga adalah anak Matador. Beginilah kalau dalam kelompok ada lagi kelompok. Panggilan itu dilayangkan juga karena kami berjilbab dan selalu bersama. Kami ada 8 orang. Faridah, Qadry, Dayen, Rini, Marwah, Herni, Tika dan Aku.
Faridah adalah wanita yang mudah tersinggung, pesimisnya adalah cara agar bisa optimis,
Qadry adalah wanita kepo, yang perhatian,
Dayen adalah wanita cantik dan pintar yang rendah hati
Rini adalah wanita bondeng yang baik
Marwah adalah wanita cerewet yang seru
Herni adalah wanita yang bersifat keibuan
Tika adalah wanita alim yang benar-benar memegang prinsipnya
Aku ?? Entahlah
Matador adalah nama angkatan kami, angkatan 2010 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Angkatan yang seru walaupun kadang kami berbeda pendapat dan selalu bertengkar. Banyak perbedaan namun bisa saling mengisi, bisa saling menerima kekurangan masing-masing. Dalam angkatan ini ada beberapa kelompok yang terbentuk karena kebiasaan saling berkumpul bersama. Jilbabers, PWL, PCL , Duo dan beberapa kelompok lain.
Jilbabers mengurai kisah penting dalam perjalananku di Perguruan Tinggi. Suka duka bersama dalam membuat laporan, mengerjakan tugas serta sama-sama menjadi wanita mandiri. Hahaa... Hanya kami anak jilbabers yang mengerti arti “Mandiri” disini.
Di kamarku yang sempit ini, kami biasa tertidur lelah gara-gara praktikum, 2 atau 3 orang yang tidur diatas ranjang berkapasitas 1 orang, lainnya tidur melantai dengan gaya yang berbeda-beda, makan bersama-sama, maccalla, curhat-curhat ataupun hal lainnya. Terlalu banyak cerita dengan jilbabers di kamar ini. Namun diantara cerita-cerita itu ada 2 cerita yang tidak bisa aku lupakan.
Pertama, saat kami menonton bersama, 8 orang semuanya duduk diatas ranjang berkapasitas 1 orang, ketika kami asyik menonton, ketika film itu berada ditengah cerita, tiba-tiba “krek” salah satu papan ranjang tersebut patah. Kami segera turun dan menyebar. Kaget. Diam beberapa saat, saling bertatapan. Kamipun tertawa. Saling menuduh dengan berat badan masing-masing. Padahal perbandingan orang yang kurus dan gemuk 50:50.
Kedua, mereka anak jilbabers memberi suprised (membersihkan kamar sempitku ini tanpa kuminta) tapi aku sama sekali tidak bereaksi apa-apa alias datar-datar saja. Hari itu, ketika aku pulang dari kuliah pengulangan dan membuka pintu kamar tiba-tiba
“Tada” teman-teman jilbabersku berseru
Aku tidak mengerti, melihat tanpa ekspresi muka mereka, kemudian dengan santai menyimpan tas, lelah berjalan dari lantai 3 ruang kuliah ke pondokan.
Mereka tertegun. Diam.
“Kenapa ?” Aku bertanya
“Kenaaapaaaa ? Sudah dibersihkan kamarmu” jawab Qadry tidak terima dengan ekspresiku yang datar
“Ouh... sudah mubersihkan” jawabku dengan datar lagi dan tanpa ekspresi
“Hah... Cuma itu ?” Mereka protes
“Siapa suruhq membersihkan ?” Tanyaku lagi-lagi dengan wajah tanpa ekspresi dan tanpa bersalah
 “Kenapa dibersihkan ? kenapa dibersihkan ? Karena disini kita selalu berkumpul, karena disini kita selalu bersama, masa’ dibiarkan kotor” Qadry mengeraskan suara benar-benar tidak terima
“Setidaknya bilangq terima kasih atau apalah” lanjutnya
“Ouh... Terima kasih” Kataku dengan cepat dan lagi-lagi tanpa bersalah.
“HAAH.... WINDA... BAAATUUU” Mereka berteriak. Jengkel.
Aku hanya melihat mereka. Tidak mengerti.
            Malamnya ketika aku terbangun dari tidur. Aku melihat ke sekeliling ruangan kamar. Berbeda. Bersih.
“Kenapa juga mereka membersihkan kamar ini tanpa kusuruh ?” Aku berpikir. Melihat langit-langit kamar.
Terngiang kata-kata Qadry. Teringat wajah-wajah protes mereka. Wajah protes anak jilbabers melihat kelakuanku.
“TEMAN-TEMAN YANG BAIK DAN PERHATIAN” Aku bertutur dan tersenyum sendiri. Kemudian melanjutkan tidur.
            Banyak kisah yang telah terukir dalam bingkai kebersamaan “Jilbabers”.  Semua yang telah terlewati itu akan tetap menjadi kenangan, terngiang di pikiran dan akan terus tersimpan di hati kita. Aku bersyukur bertemu dengan kalian anak-anak “Jilbabers”. Terima kasih atas kebaikan, perhatian serta tawa canda yang kalian berikan. Terima kasih atas semua kisah kebersamaan dan kebahagiaan yang telah kita ukir. Terima kasih karena sudah mau menungguku walaupun aku selalu berkata “Duluan miq” atau duluan berjalan padahal kalian sudah menunggu berjam-jam..., jarang membalas sms, menerimaku apa adanya walaupun lalod dan menjengkelkan ataupun berhati batu.
            Hari ini, kamar ini selesai kontraknya. Dibalik pertemuan pasti ada perpisahan. Kita harus melangkah menjalani hari kita masing-masing. Masa depan kita masing-masing. Terima kasih karena kebersamaan dan kebahagiaan yang kalian berikan dan bisa mengikis sedikit demi sedikit kebatuan dalam diri ini. Maaf jika selama ini ada kata-kata yang tidak sepantasnya aku tuturkan yang membekas dalam hati kalian dan maaf jika selama ini aku banyak salah...

<3 <3 Love U Jilbabers
Winda “OP” ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar