Bovine Viral Diarrhea and Mucosal Disease (BVD)
Bovine Viral Diarrhea and Mucosal Disease (BVD)
BVD-MD dikenal sebagai
penyebab diare sejak tahun 1940. Penyakit ini disebabkan oleh simple virus yang
menyebabkan diare. BVD pertama kali ditemukan sebagai penyebab aborsi pada
ternak di UK pada tahun 1980.Virus BVD/MD adalah virus yang menginfeksi sapi
maupun biri-biri. Virus ini merupakan RNA virus kecil beramplop yang
diklasifikasikan sebagai Pestiviruses bersama dengan Border Disease Virus, yang
juga menginfeksi biri-biri, serta Classical Swine Fever Ada dua spesies berbeda
dari virus BVD/MD yang telah ditemukan; BVD-1 dan BVD-2. BVD-1 terdistribusi di
seluruh dunia dan memiliki subspesies yang beragam. BVD-2 telah dilaporkan
ditemukan di Eropa, walaupun sangat jarang ditemukan di luar Amerika Utara.
Virus, yang menginfeksi babi. Penyakit yang disebabkan oleh BVD-1 cenderung
tidak parah, sedangkan infeksi BVD-2 biasanya menyebabkan outbreaks penyakit
yang lebih parah menyebabkan diare haemorrhagic akut serta kematian.
Di Inggris, subspesies BVD-1mendominasi. Ini,
seperti halnya strain lain dari BVD, memiliki 2 biotipe; non-cytopathogenic dan
cytopathogenic. Biotipe non-cytopathogenic adalah yang biasa ditemukan dalam
suatu populasi sapi dan yang menyebabkan terjadinya peningkatan, dengan mutasi
ataupun rekombinan, menjadi biotipe cytopathogenic. Berbagai perkiraan mengenai
prevalensi virus ini pada peternakan sapi di UK menduga bahwa lebih dari 85%
kelompok sapi nasional secara endemis terinfeksi.
Gejala Klinis:
Gejala klinis yang berhubungan dengan infeksi virus
BVD bervariasi secara luas tergantung pada masing-masing individu dan strain
virus yang menginfeksi. Di Inggris, dalam kebanyakan kasus, ketika seekor hewan
yang tidak bunting terinfeksi, penyakit yang muncul tidaklah parah dan muncul
hanya dalam waktu yang singkat. Secara khas hewan yang terinfeksi mengalami
kenaikan temperatur, diare dan penurunan produksi susu. Gejala ini pada umumnya
hanya muncul beberapa hari dan seringkali tidak begitu tinggi sehingga tidak
teramati. Yang lebih penting barangkali adalah periode immunosupresi yang
mengikuti infeksi virus BVD. Ini memudahkan infeksi oleh pathogen lain yang
menyebabkan insiden kejadian penyakit yang lebih tinggi, misalnya diare pada
anak sapi atau radang paru paru (pneumonia) ataupun mastitis pada sapi perah.
Jika hewan yang terinfeksi adalah sapi bunting,
selain efek infeksi pada induknya, efek infeksi terhadap fetus haruslah
dipertimbangkan. Namun lagi-lagi, ini bervariasi tergantung pada strain virus yang
menginfeksi dan, terutama, terhadap umur dari fetus. Pada hampir semua stadium
kebuntingan, dan terutama selama trimester I dan II, infeksi pada fetus dapat
kematian fetus. Ini mungkin dimanifestasikan sebagai kegagalan konsepsi,
kematian embrio dini dengan estrus kembali yang tertunda, mumifikasi fetus
ataupun abortus. Jika infeksi BVD tidak mengakibatkan kematian fetus, mungkin
saja akan bertanggung jawab dalam menyebabkan berbagai abnormalitas fetus yang
biasanya mempengaruhi CNS, terutama otak besar (cerebellum), dan mata. Hasil
dari hal ini akan diturunkan pada anaknya dan menyebabkan antara lain kesulitan
untuk berdiri serta menjaga keseimbangannya ataupun katarak lensa okular
(ataupun keduanya). Jika infeksi fetus terjadi pada trimester I kebuntingan,
sebelum pembentukan sistem imun fetus, kemungkinan lebih lanjutnya adalah anak
sapi yang terinfeksi secara persisten (PI = Persistently Infected).
Cara melindungi peternakan dari BVD antara lain adalah :
Cara yang efektif meningkatkan keresistenan peternakan terhadap BVD dan
mengurangi resiko peternakan terinfeksi BVD adalah dengan cara:
1. Mencegah penyebaran dari hewan yang terinfeksi
v Hanya membawa masuk hewan-hewan dari peternakan yang tidak terinefksi
BVD.
Hanyav membawa
hewan dari peternakan yang punya program vaksinasi yang efektif.
v Menghindari pembelian hewan-hewan dari kandang –kandang penjualan.
v Pengujian hewan baru untuk infeksi persisten.
Pengisolasian hewanv baru selama ± 30 hari sebelum diijinkan untuk kontak dengan ternak di
dalam peternakan.
2. Meningkatkan keresistenan dari peternakan terhadap BVD dengan cara:
Memberi vaksin secara langsung olehv dokter hewan dan label produknya.
Ternak/ sapi yang aru lahirv diberi mengkonsumsi kolostrum secara maksimum.
Kurangi stress padav sapi yang bisa disebabkan oleh penyakit-penyakit lain, kekurangan
nutrisi, ketidaknyamanan tempat tinggalnya dan kualitas air yang jelek.
3. Mengurangi penyebaran BVD
Cegah kontaminasi pupuk kandang terhadapv bulu, makanan dan air.
Tempat tinggal bayi sapi dibuat
sendiri-sendiri.
Isolasi hewan sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar