Terdapat beberapa efek endokrin yang terjadi dari aksi
sederhana dan langsung dari satu hormon. Aktifitas physiologis dari ayam,
terutama yang betina, bergantung pada hubungan yang complex dari efek-efek
kelenjer.
Sebagai contoh ialah pengaturan hormonal dari ovulasi dan
pembentukan telur. Folicle Stimulating Hormon (FSH) yang berasal dari lobus
anterior kelenjar pituitary menyebabkan pertumbuhan dari fillikel-follikel
beserta ova didalamnya. Bila follicle telah mencapai besar, hormon “Leutinizing
Hormon” ( LH ) dilepas dari kelenjer pituitary dan menyebabkan ovulasi.
Disamping itu oviduct juga berada dibawah pengaturan hormon
dan dia distimulir pada waktu yang tepat untuk menangkap ovum yang di lepaskan
waktu ovulasi.
Sekresi hormon dari fillikel bertanggung jawab untuk
pembesaran oviduct sampai dapat berfungsi, untuk pemisahan tulang pubic,
pembesaran vent, dan untuk mobilisasi timbunan-timbunan lemak untuk pembentukan
kerang telur. Sekresi albumen berada dibawah kontrol satu hormon yang
disekresikan oleh tenunan interstitel ovarium.
Pembentukan kerabang telur sebahagian berada dibawah kontrol
hormon yang disekresikan oleh kelenjar parathyroid. Pada permulaan dan akhir
pembentukan kerabang telur waktu sekresi dari hormon haruslah benar-benar
tepat.
Pada akhirnya hormon yang dijumpai pada kelenjar pituitary
bagian posterior tetapi disekresikan oleh sel-sel yang khusus dari hypothalamus
akan bekerja pada waktu yang tepat, sehingga telur-telur yang telah terbentuk
dikeluarkan.
Fungsi normal dari seluruh proses produksi telur semuanya
tergantung pada penyesuaian serta syncronisasi yang tepat dari seluruh
kejadian. Bila salah satu kelenjar mulai berfungsi secara tidak secara tidak
normal ( menurut kehendaknya ) misal adanya penyerangan tumor dan tidak
menunggu tanda yang tepat maka kemungkinan besar terbentuknya telur yang tidak
normal, seperti telur tanpa kuning telur, kerabang telur yang lembek, telur
dalam telur dua kuning telur dan sebagainya.
Waktu oviposition dapat dipengaruhi oleh pengaruh luar
seperti menangkap atau memegang seekor petelur beberapa saat sebelum waktu
bertelur yang normal terjadi akan dapat menunda oviposition yang cukup lama.
Gertakan dan pertumbuhan ovarium akan menghasilkan kenaikan
produksi hormon-hormon ovarium yang cukup mengherankan sebab berlaku untuk
kedua sex hormon jantan dan betina. Sex hormon jantan ( Androgen ) bertanggung
jawab untuk keadaan merah dari pial serta jengger yang berlemak ( berlilin )
pada petelur yang normal. Sex hormon betina ( Estrogen ) mengontrol sifat-sifat
kebetinaan yang sekunder seperti tatawarna bulu yang normal, tiadanya taji
tingkah laku betina.
Disamping itu betelur dan ovalusi dapat terpengaruh oleh
faktor luar dari cahaya terang atau gelap. Diketahui bahwa ovulasi terjadi ± 30
menit setelah bertelur. Tetapi jika peneluran terlambat sampai jam 4.00 sore,
pelepasan ovum berikutnya, tidak akan terjadi kira-kira 10 – 12 jam kemudian,
kecuali jika schedul cahaya normal untuk petelur telah disiapkan atau petelur
tersebut dipelihara pada cahaya yang terus menerus dengan intensitas yang
konstant selama 24 jam.
Jika cahaya digunakan sepanjang malam diperkirakan bahwa
ayam akan bertelur pada siang dan malam hari tetapi hal ini tidak terjadi
karena adanya perbedaan intensitas cahaya yang sangat jelas antara cahaya siang
dan cahaya pada malam hari.
Kalau petelur-petelur dipelihara pada sangkar individual (
individual cage ) dalam suatu ruangan tanpa cahaya alam, dan secara terus
menerus ( konstant ) diberi penerangan selama 24 jam,mereka akan bertelur
setiap waktu dan akan menghasilkan sebahagian dari telurnya pada malam hari.
Petelur-petelur yang mendapat cahaya buatan dari jam 6 pagi
– 6 sore ( 12 jam ) dan selama 12 jam lain tidak akan mendapat cahaya sama
sekali, maka ayam-ayam akan bertelur pada siang siang hari. Bila schedul
penyinaran dirobah yaitu dari jam 6 sore – 6 pagi dan pada siang hari tidak
dapat cahaya sama sekali maka dalam waktu 3 hari, waktu bertelurnya berubah dan
seluruh telurnya akan dikeluarkan pada malam hari.
Penggunaan
Cahaya Buatan.
Cahaya buatan digunakan untuk mengontrol pertumbuhan dan
kecepatan kedewasaan kelamin pullet sehingga tubuhnya sudah cukup besar untuk
menghasilkan telur yang pertama sesuai yang diharapkan.
Suatu masalah yang praktis ialah bagaimana mengontrolumur
dan berat pada sexual matuarity sehingga “egg layingperformance”nya akan
menguntungkan secara komersial. Cara ini dapat diatasi dengan cara mengurangi
panjangnya hari dan pemeliharaan ayam tersebut mulai pemeliharaan sampai saat
bertelur. Panjangnya hari pada pemeliharaan anak-anak ayam secara lambat laun
dikurangi hingga hanya kira-kira 6 jam dalam sehari padaa saat mana pullet
telah berumur 5,5 – 6 bulan. Pada saat ini cahaya dinaikkan 14 – 16 jam/hari
guna menstimulir produksi.
Untuk pelaksanaan ini akan membutuhkan kandang tertutup
dimana semua cahay alam tak ada sama sekali, selama akhir periode grower.
Cahaya buatan dapat pula digunakan pada pullet yang tidak
bertelur atau petelur tua untuk berproduksi pada waktu yang dikehendaki atau
menunda produksi yang normal.
Cahaya
buatan tambahan dapat di gunakan pada ayam ( unngas ) sebagai rangsangan
disamping cahaya alam. Pengaruh akibat penambahan cahaya itu akan diperoleh 7 –
10 hari kemudian. Biasanya penggunaan cahaya tambahan ini dilakukan pada pagi
hari, sore hari atau kombinasi keduanya guna melengkapi kebutuhan cahaya 13 –
14 jam dalam sehari.
Dalam
gertakan cahaya akan mempunyai level intensitas tertentu sebab bertambah
terangnya cahaya tidak berpengaruh terhadap kenaikan produksi telur yang lebih
besar. Level intensitas cahaya 0,5 – 1 foot candle harus diberikan pada periode
tergelap elama pemeliharaan ayam.
Cahaya
merah lebih efektif dari pada cahaya biru, tapi walupun demikian cahaya putih
dari bola lampu biasa mengandung cahaya merah yang cukup untuk mengadakan stimulus
yamg memuaskan.
Anak ayam merlukan cahaya yang lebih banyak dari pada ayam
tua. Setelah mencapai umur 4 minggu,ayam akan lebih baik pertumbuhannya apabila
cahaya yang diberikan penuh lagi menjelang masak kelamin ( umur 20 – 22 minggu
). Cahaya yang diterima ayam dapat berupa cahaya buatan atau cahaya alam.
Cahaya sangat diperlukan dalam pemeliharaan
ayam, karena memiliki arti penting berkaitan dengan proses pertumbuhan dan
produksi ayam, yaitu sebagai berikut:
Proses Pertumbuhan
Keberadaan cahaya yang masuk kedalam ruangan
memungkinkan ayam untuk mampu melihat lingkungan sekitar, terutama makanan dan
air minum yang tersedia. Sehingga dengan demikian, keberadaan cahaya tersebut
tentu saja akan meningkatkan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ayam. Sementara,
jumlah makan yang masuk kedalam tubuh (feed intake), juga berpengaruh besar
terhadap proses produksi.
Proses Produksi Telur.
Pengaruh cahaya terhadap proses produksi telur
adalah merangsang hormon reproduksi gonadotropin, dan proses ovulasi atau
peneluran. Hal ini terjadi karena cahaya yang masuk kedalam ruangan diterima
saraf pada mata ayam, yang kemudian menimbulkan rangsangan dalam mengahsilkan
hormon yang sangat potensial dalam proses pembentukan telur.
Sejak umur 17 minggu,
intensitas cahaya yang diterima harus ditingkatkan untuk merangsang alat
reproduksi. Namun, peningkatan intensitas cahaya dilakukan dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Jika matahari memancarkan cahaya kurang dari 10 jam/hari.
- Kandang terlalu lebar, sehingga sebagian ruangan terutama bagian tengahnya redup (kurang mendapatkan cahaya).
- Kondisi ayam memang masih memungkinkan untuk memberikan peningkatan produksi.
Pada saat ayam berumur 22 minggu, ayam tersebut
memiliki potensi besar dalam memberikan peningkatan produksi. Oleh karena itu,
lama pencahayaan dapat ditambah secara bertahap. Sehingga diusahakan dalam satu
hari, ayam mendapat cahaya selama 12-13 jam. Selanjutnya, pencahayaan ini
ditingkatkan atau ditambah hingga 1 jam dalam satu hari secara bertahap, hingga
akhirnya diperoleh lama pencahayaan 16-17 jam dalam satu harinya.
Manajemen pengaturan cahaya sangat mempengaruhi proses
integral dalam produksi telur. Pengaturan pemberian cahaya dalam manajemen ayam
petelur dengan waktu 12 sampai 14 jam dalam satu hari yang terbagi menjadi
waktu gelap dan waktu terang, mengingat ayam mempunyai sifat sangat sensitif
terhadap waktu penyinaran. Waktu penyinaran ini mempengaruhi sifat mengeram,
dewasa kelamin, periode bertelur, produksi telur dan tingkah laku sosial perkawinan
(Nesheim et al., 1979).
Penerimaan cahaya pada ayam akan mengakibatkan rangsangan
terhadap syaraf pada syaraf optik, yang dilanjutkan oleh syaraf reseptor ke
hipothalamus untuk memproduksi hormone releasing factor (HRS). Hormone
releasing factor selanjutnya merangsang pituitaria pars anterior
untuk menghasilkan FSH dan LH. HRS juga merangsang pituitaria pars posterior
untuk menghasilkan oksitosin (Nesheim et al., 1979).
Cahaya dapat didefinisikan sebagai suatu bagian dari
spektrum gelombang elektromagnet yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya.
Penelitian intensif pada ayam modern selama satu dekade terakhir
mengindikasikan bahwa gelombang elektromagnet yang merupakan komponen cahaya
dapat mempengaruhi fungsi fisiologis dari beberapa bagian dari otak besar,
khususnya hypothalamus.
Adanya
pencahayaan, baik pencahayaan alami (sinar matahari) maupun cahaya buatan
(lampu) akan menstimulasi hipotalamus di otak. Selanjutnya, “sinyal” cahaya
akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar tubuh, seperti hipofisa, tiroid dan
paratiroid untuk menstimulasi disekresikannya hormon.
Kelenjar hipofisa akan mensekresikan “folicle stimulating
hormone (FSH)” atau hormon perangsang perkembangan sel ovum pada indung telur
(ovarium). Hormon inilah yang sangat berperan penting untuk pembentukan sebutir
telur. Adanya sinyal cahaya juga menstimulasi kelenjar tiroid mensekresikan
hormon tiroksin yang berfungsi mengatur kecepatan metabolisme tubuh sehingga
dapat meningkatkan pertumbuhan.
Kelenjar paratiroid juga terstimulasi oleh adanya cahaya
untuk mensekresikan hormon paratiroksin yang berperan dalam pengaturan
metabolisme kalsium (Ca) dan fosfor (P). Setelah melihat fungsi dari adanya
pencahayaan tersebut maka sudah selayaknya kita memberikan perhatian yang lebih
pada program pencahayaan.
Beberapa hal yang selayaknya kita ketahui tentang program
pencahayaan antara lain lama waktu pencahayaan, besarnya intensitas cahaya dan
kapan pencahayaan tersebut dilakukan. Pada ayam petelur, lama waktu dan
intensitas pencahayaan sangat dipengaruhi oleh fase atau umur produksi.
Pada masa starter diberikan pencahayaan dengan intensitas
paling tinggi (20-40 lux) dan waktu paling lama (24 jam pada 1 minggu pertama).
Tujuannya ialah mempermudah ayam mengenali tempat ransum dan air minum maupun
untuk memacu pertumbuhan. Saat fase grower, program pencahayaan diberikan
cahaya dalam waktu paling singkat (12 jam atau hanya dari cahaya matahari)
dengan intensitas terendah (5-10 lux). Hal ini dimaksudkan untuk mengontrol
perkembangan saluran reproduksi dan pencapaian berat badan yang optimal saat
mulai berproduksi.
Lain halnya saat fase layer, lama (16 jam) dan intensitas
pencahayaan (10-20 lux) berada diantara fase starter dan grower. Pada fase
layer ini, adanya pencahayaan akan membantu proses pembentukan telur,
pertumbuhan berat badan dan membantu metabolisme Ca dan P yang sangat
diperlukan untuk pembentukan kerabang telur dan tulang. Jumlah lampu yang
diperlukan untuk memperoleh intensitas yang dikehendaki dapat diketahui dengan
rumus:
Berikut
adalah perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan untuk luasan kandang dan jenis
lampu tertentu.
∑ lampu = Luas kandang x Intensitas cahaya
Watt lampu x K faktor
K faktor merupakan konstanta yang nilainya tergantung daya lampu, yaitu :
Watt Lampu 15 25 40 60 100
K Faktor 3,8 4,2 4,2 5,0 6,0
∑ lampu = Luas kandang x Intensitas cahaya
Watt lampu x K faktor
K faktor merupakan konstanta yang nilainya tergantung daya lampu, yaitu :
Watt Lampu 15 25 40 60 100
K Faktor 3,8 4,2 4,2 5,0 6,0
Selain lama waktu dan intensitas pencahayaan, penentuan
waktu untuk menambah atau mengurangi pencahayaan juga wajib diperhatikan oleh
peternak. Dua hal penting tentang pencahayaan adalah jangan menambah jam terang
selama masa pertumbuhan (fase grower) dan sebaliknya jangan mengurangi jam
terang selama masa produksi. Jarak dan distribusi lampu juga harus
diperhatikan. Jangan sampai jarak maupun intensitas lampu yang digunakan tidak
sama. Jarak pemasangan lampu yang kurang baik, yaitu jarak antar satu lampu
dengan lainnya tidak sama dapat mengakibatkan perbedaan intensitas cahaya.
Data penelitian menunjukkan adanya pengaruh pencahayaan
terhadap performan produksi telur. Ibnu Katsir Amrullah (2003) menjelaskan
bahwa ayam yang diberi pencahayaan selama 8 jam pada masa grower dan 14 jam
pada masa layer mampu menghasilkan telur dalam jumlah lebih banyak (berbeda
signifikan) meskipun berat telurnya sedikit lebih ringan.
Pemberian cahaya yang sama antara masa grower dan layer terbukti
mempunyai produksi telur lebih rendah meskipun berat telurnya lebih besar.
Namun pemberian cahaya secara terus-menerus (tanpa pengaturan) akan
mengakibatkan ayam kurang peka rangsangan cahaya saat memasuki masa layer
(produksi telur). Selain itu, pemberian cahaya yang kurang sesuai (terlalu
lama) akan menyebabkan berat badan ayam lebih besar.
Dari penelitian Ibnu Katsir Amrullah (2003) juga diketahui
bahwa ayam grower yang dipelihara dengan lama pencahayaan 14 jam terus-menerus
mempunyai berat badan 60 gram lebih berat pada umur 19 minggu.
Penambahan cahaya juga dapat mempercepat dewasa kelamin
(umur bertelur). Ibnu Katsir (2003) menyatakan jika penambahan cahaya dilakukan
dua hari lebih awal maka ayam akan bertelur lebih cepat 1 hari. Namun perlu diingat,
ayam yang terlalu cepat bertelur namun berat tubuhnya belum optimal akan
menghasilkan telur dengan ukuran yang lebih kecil. Dan hal ini akan relatif
sulit untuk diperbaiki karena saat mulai bertelur sampai puncak produksi (masa
kritis), ayam harus mengalokasi ransum yang dikonsumsi untuk 2 proses penting,
yaitu produksi telur (mencapai puncak) dan pertumbuhan (± 300 gram). Sama
halnya jika terlalu gemuk, penambahan cahaya akan memicu terjadinya prolapse.
Melakukan kontrol berat badan secara ketat, program
vaksinasi yang sesuai, pemberian ransum sesuai kebutuhan dan memberikan
stimulasi cahaya menjadi langkah penting untuk tercapainya produksi yang
optimal. Produksi telur tercapai, keuntungan pun tinggi