Sesuatu tidak
akan bisa kita rasakan jika bukan kita sendiri yang alami. Sebagai contoh kita
tidak akan pernah merasakan penderitaan orang tua kita kalau bukan kita alami
sendiri. Misal pekerjaan orang tua kita adalah pembantu rumah tangga. Mereka
terus melakukan hal itu untuk membiayai sekolah dan kuliah kita. Kita malu
dengan profesi mereka, memikirkan persepsi teman-teman kita. Tidakkah kita
sadari, bagaimana jika kita menjadi mereka ? menjadi orang tu kita ? Bukankah
mereka lebih malu menjalani semua itu ? Lebih lelah dan capek dengan semuanya ?
Tapi mereka menahan rasa malu mereka demi semua hasrat untuk membahagiakan
anaknya, yang terpikir di benak mereka hanyalah keinginan anaknya lebih baik
dan mempunyai nasib lebih bagus. SEMUA DEMI ANAKNYA. Tapi apa perilaku kita?
membandel, memboroskan uang, tidak menghormati orang tua. Kita tidak pernah
memikirkan perasaan mereka, derita mereka.
Kita berpikir orang tua kita tidak
memikirkan perasaan kita. Tidakkah kita juga lebih tidak memikirkan mereka.
Sebuah keharmonisan dalam keluarga akan terbentuk jika kita mencoba mengerti
posisi dari satu sama lain. Membayangkan jika kita ada dalam posisi mereka atau
jika hal itu belum menggerakkan perasaan kita. Coba jalani semua pekerjaan yang
mereka kerjakan. Disitulah kita akan tahu betapa besar pengorbanan mereka.
Begitu juga dengan masalah orang lain, kita tidak akan tahu perasaan mereka
jika kita tidak mengalaminya maka jadilah orang bijak yang bisa mengetahui
perasaan orang lain tanpa melukai mereka.